SOLOPOS.COM - Atlet paralayang bersiap take off atau lepas landas di Puncak Joglo, Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (23/8/2020). (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI - Kabupaten Wonogiri menjadi salah satu daerah di Soloraya yang memiliki landasan terbang dan landasan mendarat untuk olahraga gantole dan paralayang. Landasan itu terdapat di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri.

Lalu bagaimana ceritanya daerah yang dikenal sebagai penghasil gaplek itu bisa memiliki sarana olahraga moderen dan ekstrem? Kepala Desa Sendang, Sukamto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, belum lama ini, mengisahkan berdasar cerita yang diperolehnya dari sesepuh olahraga gantole yang juga sesepuh desa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keberadaan landasan terbang di desanya tak terlepas dari sejarah terbangunnya Waduk Gajah Mungkur atau WGM. Presiden Soeharto kala itu mendelegasikan tim dari komunitas olahraga gantole untuk mengembangkan olahraga gantole di Kabupaten Wonogiri agar daerah bisa ramai.

Baca Juga: Indonesia akan Terima 2 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca dari Jepang

Perintah itu dikeluarkan sebelum WGM dibangun, tetapi saat itu pemerintah sudah berencana membangunnya. Tujuannya, saat WGM dioperasikan Kabupaten Wonogiri memiliki objek yang bisa dimanfaatkan untuk menyedot perhatian orang, sehingga orang tertarik datang. Hal itu penting agar masyarakat juga mengenal WGM yang saat itu diproyeksikan menjadi tempat wisata.

“Lalu tim yang diutus Presiden itu berupaya mengembangan olahraga gantole di Kabupaten Wonogiri. Kegiatan olahraga gantole saat itu diharapkan bisa membuat masyarakat luas mengenal Kabupaten Wonogiri,” ucap Sukamto yang merupakan warga asli Desa Sendang.

Awalnya tim dari pemerintah pusat membangun landasan terbang di area hutan yang saat ini berada di atas Bendungan Serba Guna WGM. Sementara, landasan mendarat di lokasi yang saat ini dibangun tiga tandon raksasa untuk kepentingan penyaluran air bersih ke sejumlah daerah di Soloraya. Namun, kegiatan olahraga gantole di lokasi itu dinilai kurang memadai karena pilot berpotensi mengalami turbulensi saat terbang.

“Lalu landasan terbang dipindah ke area puncak Bukit Cenik [sekarang dijadikan objek wisata Watu Cenik] pada 1978-1979. Landasan mendarat dibangun di lokasi yang saat ini dijadikan lapangan di area Wisata WGM,” imbuh Sukamto.

Gantole Sedot Animo Warga

Sebelum dibangun landasan mendarat, lokasi tersebut merupakan permakaman desa. Permakaman itu lalu dipindah ke dekat jembatan Grenjengan. Saat ini kayu yang dijadikan landasan terbang di puncak bukit Cenik masih ada, tetapi sudah rapuh. Area itu menjadi spot swafoto yang digemari karena berlatar WGM.

Dahulu jika ada atlet yang ingin berolahraga gantole harus memanggul peralatan gantole dari jalan utama menuju puncak bukit Cenik. Padahal, jarak antara jalan utama dengan landasan terbang lebih dari 1 km dan curam. Peralatan gantole juga berat. Hal itu karena jalan menuju ke lokasi belum bisa dilalui kendaraan.

Seiring berjalannya waktu warga desa juga turut berolahraga gantole. Saat itu olahraga gantole hanya bisa dimainkan untuk kategori ketepatan mendarat atau KTM. Pilot melayang di udara lebih kurang empat menit. Kendati demikian, ketika itu gantole bisa menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat. Tak heran, karena saat itu gantole merupakan olahraga modern dan belum banyak orang mengetahuinya.

“Lalu WGM dibangun dan diresmikan Presiden Sooharto [1982]. Beberapa tahun kemudian dibangun tempat wisata. Awalnya tempat wisata ada di Dusun Kedung Areng, Desa Sendang sebelum akhirnya di pindah di lokasi yang sekarang,” ujar Sukamto.

Baca Juga: 10 Camat Baru di Kabupaten Karanganyar Dilantik, Ini Daftarnya

Beberapa tahun berselang landasan terbang dipindah ke puncak bukit Joglo pada 1990-an. Saat ini lokasi tersebut diberi nama Puncak Joglo. Landasan dipindah karena area landasan di bukit Cenik tak memadai untuk menampung banyak penerbang. Selain itu karena olahraga gantole dari puncak bukit Cenik hanya bisa untuk KTM.

“Seiring berjalannya waktu landasan terbang di Puncak Joglo juga untuk olahraga paralayang pada 2000. Sebab, potensi termalnya mendukung. Sejak saat itu gantole dan paralayang bisa untuk kategori cross country,” kata Sukamto.

Berbagai kejuaraan nasional dan internasional gantole maupun paralayang pernah digelar. Sejumlah warga Desa Sendang pun menjadi atlet. Olahraga dirgantara itu berkembang hingga sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya