SOLOPOS.COM - Anggota DPRD Karanganyar, Tony Hatmoko, (mengenakan kacamata), saat mendaki dan bermalam di Gunung Lawu bersama rekan-rekannya. (Istimewa)

Solopos.com, KARANGANYAR -- Pengalaman pendaki yang viral karena dituntun jalak lawu saat tersesat di Gunung Lawu ternyata juga pernah dialami anggota DPRD Karanganyar, Tony Hatmoko.

Salah satu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karanganyar itu membagikan cerita pertemuannya dengan salah satu satwa penghuni Gunung Lawu itu. Wakil Ketua DPRD Karanganyar ini memang hobi naik gunung.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berulang kali, Tony mengunggah fotonya saat berpose di sejumlah tempat Gunung Lawu. Memori itu diunggahnya via status Whatsapp. Sama seperti pendaki pemula lain kala itu, Tony mengaku pernah tersesat saat pendakian tahun 2017.

Baca Juga: Dinkes Karanganyar Sebut Keterisian RS Rujukan Covid-19 Turun, Dampak PPKM?

Ekspedisi Mudik 2024

Anggota DPRD Karanganyar itu menggambarkan pendakiannya di Gunung Lawu kala itu sebagai pendakian yang menantang adrenalin. Empat tahun lalu, Tony mendaki Gunung Lawu melalui jalur pendakian Candi Ceto. Tony menyebut jalur pendakian itu menjadi jalur favoritnya.

Biasanya, Tony mendaki ditemani beberapa rekannya dan Gori, anjing milik salah satu warga setempat. "Itu 2017. Jadi 2017 itu kami memutuskan mendaki Gunung Lawu. Ya seperti biasa mendaki. Tetapi tidak hanya sampai puncak [Hargo Dalem]. Kami lanjutkan ke Hargo Purusa dan Hargo Tiling," kata Tony saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (20/2/2021).

Menurut Tony, pendaki Gunung Lawu jarang sekali sampai ke Hargo Purusa apalagi ke Hargo Tiling. Hampir tidka ada, bahkan pendaki ritual pun belum tentu sampai ke tempat itu.

Baca Juga: Banjir Jakarta Telan 5 Korban Jiwa, Termasuk 4 Anak-Anak

Pasar Setan

Wakil Ketua DPRD Karanganyar itu menggambarkan medan yang harus dilalui pendaki Gunung Lawu dari Hargo Dalem ke Hargo Tiling. Perjalanan memakan waktu empat hingga lima jam. Jalur yang dilalui dari Hargo Dalem menuju Hargo Purusa itu pendaki harus melewati Pasar Dieng yang akrab disebut Pasar Setan.

"Itu nerabas tengah-tengah Pasar Setan. Itu luas banget. Maka wajar kalau orang tersesat di Pasar Setan. Isinya tumpukan bebatuan, luas, tidak ada jalur [jalan setapak]. Mitos yang didengar tidak mudah dibayangkan. Makanya orang jarang ke Hargo Purusa dan Hargo Tiling karena takut mitos dan takut tersesat," tuturnya.

Singkat cerita, begitu lepas dari Pasar Setan, Tony berhasil mencapai Hargo Purusa. Seharusnya, dari Hargo Purusa ke Hargo Tiling dapat ditempuh selama dua jam perjalanan. Saat itu, cerita Tony, tiba-tiba kabut tebal turun.

Baca Juga: Asal Mula Mitos Jalak Gading Bantu Pendaki Tersesat di Gunung Lawu

Anggota DPRD Karanganyar itu bersama tiga rekannya memilih duduk sembari melepas penat di Gunung Lawu. Ia mengaku beristirahat selama lima hingga sepuluh menit.

"Saat itu kondisinya juga bingung. Tidak ada jalan setapak. Kan jarang dijamah orang jalur itu. Mau lewat mana kan bingung. Isinya semak-semak jadi harus tebas semak-semak kalau jalan. Itu kami juga kali pertama mau ke Hargo Tiling," tuturnya.

Hafal Jalur

Tidak lama kemudian, lanjut Tony, kabut mulai hilang dan di depannya sudah ada Jalak Gading, sebutan Tony untuk Jalak Lawu. Saat itu Tony teringat mitos Gunung Lawu berkaitan dengan Jalak Lawu dan pendaki. Rombongan itu memutuskan mengikuti Jalak Lawu itu.

Baca Juga: Mencengangkan! Jalak Lawu Berkaitan dengan Raja Majapahit

Burung jalak tadi, kata Tony, melompat-lompat kecil di depannya. Sesekali Jalak Lawu terbang dua hingga tiga meter di depannya. "Dari Hargo Purusa turun ke lembah. Lalu naik sampai Hargo Tiling. Itu dituntun Jalak," ujar anggota DPRD Karanganyar itu menceritakan pengalamannya dengan jalak Gunung Lawu.

Setelah itu, Tony mengaku berulang kali ke Hargo Purusa dan Hargo Tiling. Tetapi, ia sudah tidak dituntun Jalak Lawu karena sudah hafal jalur. Ia bahkan beberapa kali membangun tenda dan bermalam di Hargo Tiling.

Tony berharap keberadaan Jalak Lawu di hutan Gunung Lawu ini tidak diusik dengan alasan apapun. "Ndak perlu usil. Dilestarikan saja. Saya mengimbau kepada siapa pun untuk tidak merusak ekosistem. Biarkan Jalak Lawu jadi satwa khas Gunung Lawu," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya