SOLOPOS.COM - Daratan di tengah Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat yang dikenal dengan nama Gumuk Mbah Bonggolo hingga kini masih ditumbuhi tanaman munggur. Foto diambil Selasa (26/10/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN–Jauh sebelum menjadi waduk, Rawa Jombor merupakan perkampungan. Ada empat kampung lengkap dengan area persawahan di kawasan yang kini menjadi waduk dan berada di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten.

Lantaran berada di daerah cekungan, perkampungan itu terus menerus tergenang air hingga ditinggalkan warga pindah ke perkampungan di sekitarnya yang berada pada dataran lebih tinggi. Jejak perkampungan yang menjadi Rawa Jombor itu hingga kini masih ada jauh di dasar rawa. Satu diantaranya kompleks permakaman.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah warga memberi petunjuk kompleks permakaman itu berada di sisi barat. Dulunya, kompleks permakaman itu masuk wilayah Dukuh Jombor.

Baca Juga: Minimarket di Wonogiri Wajib Pasarkan Produk UMKM

Hanya, warga tak tahu berapa banyak jumlah makam yang ada di dasar waduk. “Kalau jumlah makamnya itu banyak,” jelas salah satu warga Desa Krakitan, Hadi Sumitro, 76, saat ditemui di Rawa Jombor, Kamis (28/10/2021).

Hadi menjelaskan awalnya warga masih kerap melihat nisan ketika Rawa Jombor dikeringkan. Namun, lantaran sudah berumur puluhan hingga ratusan tahun serta tertimbun sedimentasi, jejak peninggalan makam berupa nisan tak lagi terlihat.

“Saya dulu nelayan dan mencari ikan kerap terjun ke air ketika air surut setinggi dada saya. Ketika jalan di tengah waduk saya pernah menendang kijing,” jelas dia.

Baca Juga: Mahasiswa UNS Dorong Desa Purworejo Sragen Jadi Sentra Kambing Perah

Hal senada disampaikan warga Desa Krakitan lainnya, Sutomo, 49. Dia menjelaskan lokasi makam itu ada di sisi barat berdekatan dengan pintu air.

Selain kompleks makam, jejak peninggalan bekas perkampungan lainnya masih ada. Seperti sisa pohon-pohon yang pernah menaungi perkampungan yang kini penuh air. “Bonggol-bonggol pohon kelapa masih ada dan kini berada di bawah warung apung,” jelas dia.

Warga lainnya, Sukamto, 60, juga menjelaskan ada kompleks makam di dasar Rawa Jombor dan berada di sisi barat. Selain makam yang berada di sisi barat, satu kompleks lagi berada di sisi utara Rawa Jombor.

Baca Juga: Menabung di Tabungan Bersama Boyolali, Berhadiah Ayla

Namun, makam di sisi utara tersebut hingga kini masih terlihat dan menjadi salah satu kompleks permakaman umum di Krakitan. Lokasi makam yang dulu berada pada dataran lebih tinggi ketimbang perkampungan menjadikan kawasan permakaman tersebut hingga kini masih eksis dan terdapat jalan penghubung dengan perkampungan.

“Dulu sebelum dibenteng [diberi dinding penahan], tanahnya sering tergerus dan pernah terlihat tulang-tulang,” urai dia.

Selain makam yang hingga kini masih eksis, ada daratan di tengah perairan Rawa Jombor yang sebelumnya merupakan daerah perbukitan di perkampungan. Daratan itu juga berada di sisi utara dan dikenal dengan nama Gumuk Mbah Bonggolo.

Baca Juga: Pererat Kerukunan, Moderasi Beragama Harus Diperkuat

“Kenapa diberi nama Mbah Bonggolo saya juga tidak tahu. Kalau Mbah Bonggolo saya pernah bertemu saat kecil,” kata dia.

Ada satu pohon munggur yang berdiri di tengah Gumuk Mbah Bonggolo. Kawasan perbukitan itu berisi bebatuan hingga sulit dihancurkan. “Dihancurkan tidak bisa. Pernah dicoba pakai ini [ekskavator] tetapi tidak kuat karena keras. Isinya ya hanya batu dan tanah padas,” jelas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya