SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Bus Kota JIBI/Harian Jogja/Hengky Irawan

Foto Ilustrasi Bus Kota
JIBI/Harian Jogja/Hengky Irawan

SLEMAN—Sepinya kondisi terminal tak hanya terjadi di Condongcatur, Tempel dan Jombor, Sleman. Kondisi yang tak kalah sepi juga terlihat di Terminal Pakem. Di terminal yang ada di lereng Gunung Merapi ini, hampir tak ada satu calon penumpang yang mau menunggu angkutan umum di dalam terminal. Mereka memilih menunggu di depan Pasar Pakem atau portal keluar terminal.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Lebih mirisnya lagi, penumpang yang menggunakan angkutan jurusan Condongcatur – Kaliurang juga semakin minim. Setiap berhenti di terminal, sopir hanya bisa mengangkut tiga orang penumpang jika beruntung, namun lebih sering kosong.
Menurut salah satu orang yang tinggal di Terminal Pakem, Wantini, Terminal Pakem hanya ramai saat pasaran saja, yakni pada Pon dan Legi. Selain dua hari itu terminal akan lengang, bahkan pada hari libur sekalipun.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dulu Terminal Pakem ini ramai sekali, tapi sekarang sangat sepi. Bahkan sopir saja enggak mau ngetem [menunggu penumpang] di sini. Semua memilih melanjutkan perjalanan dan mencari penumpang di jalan saja,” kata Wantini saat ditemui di Terminal Pakem, Minggu (21/4).

Wantini mengatakan, keadaan terminal yang sepi ini terjadi sejak lama. Pasalnya kondisi angkudes yang sudah tidak layak membuat calon penumpang enggan naik angkudes. Selain itu sudah banyak orang yang memiliki kendaraan pribadi.

Salah satu sopir angkudes jurusan Condongcatur–Kaliurang, Wakijo, jumlah penumpang kini semakin berkurang. Dia mengaku, setiap kali jalan, bisa mengangkut enam orang penumpang sudah sangat beruntung, minimal bisa memutar uang untuk membeli solar.

“Kalau mengangkut enam orang saja sudah baik. Tapi kalau dari terminal, baik di Pakem maupun di Condongcatur sama saja. Tidak bakal ada penumpang yang naik dari terminal,” kata Wakijo.

Wakijo mengatakan meskipun nama trayeknya Kota [Jogja]–Kaliurang, namun dirinya mengaku jarang mengantarkan penumpang sampai Kaliurang. Sebab jika sampai ke Kaliurang, ongkos untuk naik lebih mahal.

“Kalau yang naik dari Condongcatur ke Kaliurang ada enam orang, kami berani langsung menuju ke Kaliurang, kalau kurang, saya tekor. Itu sudah impas untuk beli solar. Nanti saya ambil untung dengan menaikkan orang lain di jalan,” jelas Wakijo.

Dia mengaku untuk tarif tergantung jauh dekatnya tujuan. Jika dari Condongcatur ke Kaliurang dia biasanya menarik Rp10.000 untuk satu penumpang. Dan untuk sehari, Wakijo biasanya bisa dua kali perjalanan pergi pulang.

“Kami hanya mengandalkan orang yang naik dari Mirota Kampus menuju ke Banteng. Di sini banyak sekali penumpang. Kalau di sini tidak ada penumpang alamat kami akan tekor untuk perjalanan,” jelas Wakijo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya