SOLOPOS.COM - Olah TKP penemuan mayat pria bersimbah darah di emperan rumah warga Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen, Selasa (28/7/2020) dini hari. (Istimewa-Polsek Tanon)

Solopos.com, SRAGEN – Mayat pria bernama Sukam, 76, yang ditemukan bersimbah darah di emperan rumah warga di kompleks Pasar Gading, Tanon, Sragen, Selasa (28/7/2020) dini hari ternyata seorang gelandangan.

Kepala Desa Gading, Puryanto, mengaku kerap melihat Sukam di wilayahnya. Menurutnya, Sukam memang tidak memiliki tempat tinggal. Meski dalam KTP tercatat sebagai warga Dusun Nangkas, Desa Menggot, Kecamatan Geyer, Grobogan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sukam memang pernah memiliki istri siri yang tinggal di Dukuh Pojok, Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Akan tetapi, pernihakan siri itu akhirnya bubar. Si istri siri akhirnya diajak tinggal bersama anaknya di Kudus.

Kisah Antonius Prabowo, Mantan Satpam & Tukang Cuci yang Jadi Anggota DPRD Solo

Nongkrong di Warung Capjiki

Puryanto menambahkan, mayat pria yang ditemukan bersimbah darah itu sering tidur di terminal maupun emperan toko di Pasar Gading, Sragen. Sukam sering nongkrong di warung capjiki.

“Dia itu biasa tidur di mana saja seperti di Subterminal Sumberlawang, Pasar Sumberlawang, maupun di emperan toko di Pasar Gading. Paling sering dia nongkrong di warung capjiki di kompleks Pasar Gading,” terang Puryanto kepada Solopos.com.

Menurut Puryanto, Sukam tidak mengalami gangguan kejiwaan. Dia bisa diajak berkomunikasi dengan lancar.

“Kalau diajak ngobrol ya masih nyambung karena pikirannya masih waras. Dia tak punya gangguan kejiwaan. Bahkan kadang ditanyai nomor [capjiki] oleh orang-orang yang nongkrong di sana,” sambung dia.

Modal Permen, Kakek-Kakek 70 Tahun Cabuli 7 Gadis Cilik

Meninggal karena Sakit

Lantaran tidak punya pekerjaan, Sukam biasa menggantungkan belas kasihan dari orang-orang di sekitarnya. Dia biasa mendapat makanan dari orang-orang yang ditemui di pusat keramaian seperti terminal, pasar, dan warung tempat penjualan capjiki tersebut.

“Dia meninggal dunia bukan karena dibunuh atau jadi korban tabrak lari. Dia itu muntah darah dari mulutnya. Dia mengalami penyakit dalam. Mungkin karena terlalu sering kena angin malam sehingga ia jatuh sakit,” ucap Puryanto.

Keseharian Editor Metro TV Sebelum Ditemukan Meninggal: Sering Makan Ayam Huhah Bareng Adik

Setelah dilarikan ke Ruang Jenazah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, pihak polisi melusuri keberadaan keluarga di Dusun Nangkas, Desa Menggot, Kecamatan Geyer, Grobogan. Akan tetapi, tidak ada satupun anggota keluarga yang tinggal di sana.

Selepas istrinya meninggal dunia, anak-anaknya tinggal di Bogor. Setelah ditelusuri, ternyata Sukam masih memiliki seorang kakak dan adik yang tinggal di Desa Ngargosari, Sumberlawang.

“Akhirnya, kakak dan adik yang tinggal di Ngargosari itu yang dipasrahi untuk mengurus pemakaman. Jadi, dia akhirnya dimakamkan di Ngargosari, Sumberlawang, bukan di Grobogan,” papar Puryanto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya