SOLOPOS.COM - Ilustrasi perayaan Imlek. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Terkesan sama, tapi sebetulnya Imlek dan Cap Go Meh itu beda. Sebagaimana diketahui perayaan Imlek tahun ini jatuh pada Minggu (22/1/2023).

Perayaan Tahun Baru China ini sudah mulai terasa dengan kehadiran pernak-pernik Imlek bernuansa merah keemasan. Warna merah dan keemasan dipercaya membawa keberuntungan

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sejarah Perayaan tahun baru Imlek sendiri sebenarnya bisa ditarik dari era China kuno, dimana Kongzi menyatakan bahwa pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang menggunakan kalender dinasti Xia. Hal ini dikarenakan kalender tersebut paling tepat digunakan sebagai pedoman bercocok tanam.

Kalender ini kemudian kembali digunakan, setelah beberapa kali perubahan model penanggalan, pada masa dinasti Han, yakni 202 SM – 221 M saat era kepemimpinan Kaisar Han Wi Di. Sebagai penghormatan atas jasa Kongzi, kalender ditetapkan mulai sejak tahun 551 SM.

Lalu apa beda perayaan Imlek dan Cap Go Meh?  Perayaan Cap Go Meh merupakan tradisi  yang diadakan 15 hari setelah Imlek. Istilah Cap Go Meh sendiri berasal dari bahasa Hokkien yakni Chap Goh Meh dimana memiliki arti malam kelima belas.

Penyebutan perayaan Cap Go Meh ini hanya digunakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia dan Malaysia, lho. Di Tiongkok sendiri namanya adalah festival lampion.

Mengutip dari berbagai sumber, Rabu (18/1/2023), perayaan Cap Go Meh sudah dilakukan sejak abad ke-17 Masehi pada masa Dinasti Han di Tiongkok, terutama ketika adanya migrasi masyarakat Tionghoa ke wilayah bagian selatan Tiongkok.

Baik raja mau pun masyarakat, mereka akan beramai-ramai merayakan di malam ke-15 bulan pertama penanggalan Tionghoa. Masyarakat kemudian akan memasang lampion dengan ragam warna untuk menakuti binatang perusak tanaman dan juga membuat pemandangan menjadi lebih indah.

Untuk memeriahkan perayaan tersebut, diadakan pula pertunjukan musik dengan barongsai yang turut menari. Dari sinilah kemudian perayaan Cap Go Meh dilakukan turun temurun oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Setiap daerah di Tiongkok memiliki tradisi perayaan Cap Go Meh yang berbeda-beda. Namun secara umum, tradisi Cap Go Meh akan dimulai dengan berdoa di wihara, lalu menyantap hidangan yang menjadi ciri khas perayaan tersebut yakni kue keranjang atau ti kwe, di mana makanan ini menyerupai dodol atau disebut sebagai dodol China.

Meski ada beda antara Imlek dan Cap Go Meh, tapi ada beberapa elemen yang sama salah satunya barongsai. Pertunjukan tarian Barongsai yang disebutkan sebagai kuda berkepala naga atau Ma Lung Tze kemudian menjadi Barongsai di Indonesia biasanya ikut mewarnai Cap Go Meh. Adanya barongsai disebutkan sebagai lambang kebijakan umur panjang, kepatuhan dan rasa hormat kepada orangtua, keturunan yang cemerlang dan pemerintahan yang baik.

Tak hanya Barongsai, ada pula tarian Liong yang diisi oleh lebih banyak penari di dalamnya. Sesuai dengan namanya yang dalam bahasa Tiongkok berarti naga, tarian atraksi ini menggunakan banyak orang dan membentuk meliuk selayaknya naga yang sedang bergerak atau terbang.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa nama Cap Go Meh hanya populer di masyarakat Tionghoa Indonesia atau Malaysia, sementara di negara asalnya biasanya dikenal dengan festival lampion. Sesuai dengan namanya, masyarakat yang merayakan biasanya turut melangsungkan parade lampion yang begitu indah dan meriah. Sebagai informasi, di Indonesia sendiri juga turut melangsungkan festival lampion yang cukup meriah, meski memang tidak semeriah masyarakat Tionghoa sana.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya