SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Minimnya fasilitas pendukung menjadi salah satu kendala sekolah tertentu

Harianjogja.com, JOGJA-Pelaksanaan program lima hari sekolah sudah berjalan satu semester. Jogja menjadi salah satu yang secara penuh melaksanakan program itu untuk SD dan SMP. Minimnya fasilitas pendukung menjadi salah satu kendala sekolah tertentu, sehingga sekolah harus mengakalinya dengan menjadwalkan waktu istirahat bergantian.

Promosi Lewat BRInita, Kampung Hijau Kemuning Tangerang Sulap Lahan Jadi Produktif

Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota Jogja Hasyim menjelaskan, pihaknya sudah mengumpulkan kepala sekolah untuk memberikan aspirasinya dalam melaksanakan lima hari sekolah selama semester pertama di tahun ajaran 2017/2018. Dari evaluasi itu pihaknya memastikan terkait proses pembelajaran tidak ada persoalan yang berarti, namun ja memiliki sejumlah catatan berkaitan dengan istirahat, sholat, makan atau ishoma.

Ia menjelaskan, pada saat istirahat karena bersamaan, siswa harus menjalankan salat zuhur di sekolah sekaligus makan. Sementara, ada beberapa sekolah yang kekurangan fasilitas seperti ruang musala tidak terlalu lebar, sehingga siswa harus bergantian menggunakan fasilitas. Akibatnya, siswa merasakan kurang durasi waktu untuk istirahat tersebut karena penggunaan fasilitas bergantian.

Ekspedisi Mudik 2024

“Waktu istirahatnya jam 12 siang, selain digunakan untuk salat bagi yang muslim juga makan. Nah, waktu salatnya itu karena tempatnya sempit sehingga harus gantian dan durasi istirahat jadi masih kurang,” ungkapnya kepada Harianjogja.com, Sabtu (20/1/2018).

Terkait persoalan istirahat itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan sekolah untuk mencarikan solusi. Karena tidak memungkinkan ditambah durasi istirahat, akhirnya diputuskan untuk istirahat secara bergantian agar tidak terkonsentrasi pada jam yang sama.

Menurutnya sekolah yang memiliki kendala tersebut persentasenya tergolong kecil karena sudah banyak yang memiliki aula atau masjid yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung program tersebut. “Tetapi dengan digilir waktu istirahat, sudah tidak ada masalah lagi. Karena selama semester awal kami juga melakukan evaluasi dan menemukan kendala itu akhirnya kami dapatkan solusi tersebut,” ucapnya.

Pihaknya juga menemukan adanya siswa sekolah dasar yang terpaksa menumpang salat di masjid kampung atau keluar dari sekolah. Akan tetapi, karena selama perjalanan dari dan akan menuju ke masjid melewati jalan kampung para siswa ada yang bercanda dan membuat keramaian sehingga menimbulkan protes warga.

Hasyim menegaskan, pihkanya sudah menyelesaikan persoalan itu dan warga tersebut dapat menerima dengan baik para siswa untuk menunaikan salat di masjid kampung tersebut. “Itu bisa terselesaikan karena warga diberitahu masalahnya bahwa fasilitas sekolah sempit sehingga menumpang salat di masjid dan warga menerima dengan baik,” ucapnya.

Hasyim memastikan, terkait konsumsi untuk makan siang tidak ada persoalan. Untuk sekolah negeri, banyak orang tua siswa yang membawakan ransum dari rumah. Namun, sejumlah sekolah swasta, adapula yang mengoordinasikan langsung terkait makan siang serta perkumpulan orang tua di setiap kelas.

“Prinsipnya sudah berjalan lancar, baik SD maupun SMP memang masih ada yang tidak melaksanakan lima hari sekolah tetapi persentasenya sedikit, masing-masing tidak lebih dari 10 sekolah. Kami tidak memaksa, karena semua menyesuaikan kondisi sekolah,” tegasnya.

Terpisah Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji menyatakan, pihaknya akan berupaya memperluas kebijakan lina hari sekolah bagi SD dan SMP tidak hanya di Jogja, tetapi juga ke daerah lain. Kabupaten lain di DIY baru melakukan uji coba di sekitar sepuluh sekolah.

Sekolah yang belum melaksanakan akan diberi kesempatan untuk menerapkan kebijakan itu, tentu dengan mempertimbangkan sumber daya sekolah. “Hasil evaluasi bersama dengan kabupaten/kota pelaksanaan lima hari sekolah akan terus dilaksanakan dan diperluas,” ujar dia.

Aji menambahkan, dengan lima hari sekolah, siswa memiliki hari Sabtu sebagai waktu untuk pendidikan keluarga dalam rangka membentuk karakter anak. Ia mencontohkan untuk jenjang SMA/SMK dapat memanfaatkan hari Sabtu untuk kegiatan sosial kemasyarakatan serta kegiatan ekstra kurikuler. “Tetapi untuk jenjang SMA/SMK baru dilaksanakan pada semester kedua ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya