SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Cucuk Heru Kusumo. (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Seorang santri ponpes di Matesih, Karanganyar, meninggal dunia karena terkena difteri.

Solopos.com, KARANGANYAR — Salah satu santri di pondok pesantren (ponpes) di Matesih, Karanganyar, meninggal dunia karena penyakit difteri. Tak hanya itu, satu santri lainnya juga tertular penyakit itu namun berhasil sembuh setelah dirawat di RSUD dr. Moewardi, Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Informasi yang dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, peristiwa meninggalnya santri itu terjadi satu bulan lalu. Santri yang meninggal berjenis kelamin laki-laki asal Cirebon.

Satu santri lain di ponpes tersebut yang tertular berasal dari Jumantono, juga berjenis kelamin laki-laki. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Cucuk Heru Kusumo, mengonfirmasi hal tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

DKK menerima pemberitahuan terkait kasus itu dari Kementerian Kesehatan. Menurut informasi yang diterima Cucuk, santri dari Cirebon sempat mendapat perawatan di klinik di Karanganyar. Kemudian santri itu dibawa pulang ke Cirebon.

“Saat dirawat di sana [Cirebon], hasil pemeriksaan itu ada kecenderungan ke situ [difteri]. Tetapi tidak tertolong, meninggal. Kementerian mengakses ke DKK Karanganyar. Kami investigasi ke ponpes. Hasilnya, satu santri di situ juga tertular. Santri itu dirawat di RSUD dr. Moewardi dan tertolong. Dia sudah sehat dan pulang,” kata Cucuk saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Jumat (14/7/2017).

Cucuk menyampaikan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap santri asal Jumantono itu positif difteri. Temuan itu termasuk kategori kejadian luar biasa (KLB) karena kasus langka.

“Sekian lama tidak ditemukan, ini terjadi lagi. Sebetulnya dua atau tiga tahun lalu ada di Jatim. Ada yang selamat, ada yang meninggal. Di salah satu wilayah di Soloraya juga pernah kejadian beberapa bulan lalu. Kami minta masyarakat waspada,” ujar dia.

Difteri adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan microbacterium corynebacterium diphtheriae. Cara penularan penyakit melalui komunikasi, batuk, bersin, dan lain-lain. Cucuk menyebut penyakit itu bisa ditanggulangi melalui imunisasi dasar lengkap sejak kecil.

“Meskipun imunisasi belum bisa menjamin 100%, tetapi kalau terjangkit tidak akan parah. Penularan penyakit berkaitan dengan imunitas tubuh. Transfer kuman melalui batuk, pilek, atau lewat komunikasi,” jelas dia.

Tim gabungan dari Kementerian Kesehatan, Provinsi Jateng, DKK Karanganyar, dan petugas Puskesmas Matesih terus melakukan investigasi, pemantauan, dan profilaksis. Profilaksis adalah tindakan menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit.

Lokasi yang dipantau lingkungan dalam pondok pesantren, lingkungan sekitar, keluarga santri yang menderita difteri, dan lingkungan sekitar rumah pasien. “Di sana diberikan obat perlindungan. Sasarannya penghuni ponpes, pengasuh, dan lingkungan. Kami juga mengamati santri yang sakit selama satu pekan. Difteri itu rawan bagi yang rentan. Yang sakit diobati, yang akses ke situ diberi obat profilaksis,” tutur dia.

Hasilnya, hanya satu santri dari Jumantono yang tertular. Santri lain di ponpes itu tidak menunjukkan gejala. Tetapi, tim gabungan masih melakukan upaya lain.

Mereka menelusuri riwayat imunisasi pasien difteri dari Jumantono. Langkah itu untuk menilai efektivitas imunisasi dan kondisi lingkungan.

Cucuk berharap kejadian tersebut kali terakhir di Karanganyar. Dia berharap masyarakat mulai mengubah pandangan tentang imunisasi dasar untuk anak-anak.

“Apakah harus jatuh korban untuk meyakinkan imunisasi dasar penting? Masing-masing penyakit punya karakteristik berbeda. Tetapi imunisasi salah satu cara meningkatkan kekebalan imun. Kami banyak sosialisasi karena memang masih terkendala pola pikir.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya