SOLOPOS.COM - Sejumlah mahasiswa penerima beasiswa program Pemkab Wonogiri mengurus administrasi di layanan keliling Bank Jateng Wonogiri di halaman Setda Wonogiri, 29 Desember 2020 lalu. Beasiswa disalurkan melalui Bank Jateng. (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, hingga awal Maret ini belum memutuskan bakal melanjutkan program pemberian beasiswa bagi mahasiswa berprestasi senilai Rp12 juta/penerima, tahun ini, atau tidak.

Dia mengaku sengaja membuat para mahasiswa penerima beasiswa 2020 resah, agar mereka mengubah pola pikir bahwa program ini digulirkan bukan sekadar menjadi solusi masalah pembiayaan perkuliahan. Apabila sudah memahaminya, mahasiswa diharapkan berkontribusi kepada masyarakat dan daerah sebagai wujud pengabdian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jika mereka dapat menjawab tantangan, lelaki yang akrab disapa Jekek itu akan melanjutkan. Sebaliknya, apabila mereka tak merespons dia akan menghentikan program.

Bupati Wonogiri mengatakan dua bulan sudah berlalu sejak dirinya mengancam akan menghentikan program 2021, jika para penerima beasiswa 2020 tak berkontribusi nyata. Selama dua bulan terakhir dia sudah melihat aksi para penerima beasiswa yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Berprestasi atau Imapres Wonogiri.

Baca Juga: TMMD Wonogiri Dimulai, Bikin Jalan dan Jembatan Pangkas Jarak ke Pacitan

Kegiatan mereka seperti turut terlibat dalam proses validasi data terpadu kesejahteraan sosial atau DTKS di wilayah tempat tinggal masing-masing. Selain itu ada anggota Imapres yang menjadi pendamping/pengajar siswa selama pembelajaran jarak jauh secara privat, dan lainnya. Bupati mengapresiasi mereka yang sudah memberi kontribusi.

“Itu membanggakan. Akan lebih membanggakan lagi kegiatan dilakukan lebih masif. Mereka kan ada lebih dari 600 orang yang tersebar di 25 [seluruh] kecamatan,” kata Joko Sutopo saat ditemui Solopos.com, Selasa (2/3/2021),

Menurut Bupati hal itu belum cukup. Mereka masih harus melakukan kegiatan lain yang membawa dampak/pengaruh besar terhadap kehidupan sosial, kesehatan, pendidikan, pertanian, budaya, politik, dan aspek lain. Bupati tak meminta mereka berkegiatan yang berat, tetapi hanya sesuai disiplin ilmu/program studi para mahasiswa.

“Memang sengaja saya membuat mereka [para penerima beasiswa 2020] resah, agar mereka mengubah mindset bahwa Pemkab menggulirkan program ini [sejak 2016], tujuan utamanya bukan semata sebagai solusi masalah pembiayaan pendidikan. Tapi ini wujud harapan besar kami kepada para mahasiswa supaya sensitif, peka terhadap persoalan masyarakat. Fungsi pengabdian masyarakat harus diaktualisasikan [diimplimentasikan]. Mudahnya, mereka harus berkontribusi,” imbuh Joko Sutopo.

Tunggu Kontribusi

Joko Sutopo masih akan menunggu kontribusi anggota Impres yang lebih besar lagi. Selanjutnya dia bakal membuat keputusan akhir melanjutkan atau tidak melanjutkan program tahun ini. Bupati memberi sinyal akan mengambil keputusan sebelum pembahasan perubahan anggaran pendapatan belanja daerah atau APBD.

“Kalau lanjut, anggaran bisa dialokasikan mendahului perubahan. Program dijalankan Dinas Kepemudaan [Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata] bekerja sama dengan Disdik [Dinas Pendidikan dan Kebudayaan]. Dinas Kepemudaan sebagai juru bayar, sedangkan proses seleksi ditangi Disdik,” ucap Joko Sutopo.

Ketua Imapres Wonogiri, Abimanyu Arya Ramadhan, 23, tak memungkiri Imapres harus banyak bebenah. Ultimatum Bupati memantik semangat Imapres untuk menjawab tantangan, yakni memberi kontribusi nyata bagi masyarakat dan daerah. Pengurusan Imapres 2020/2021 yang baru saja terbentuk awal Januari lalu sudah membuat sederet program yang diklaim dapat memberi dampak besar bagi pembangunan.

Baca Juga: Bus Rela Kecelakaan Karambol di Jalan Solo-Purwodadi, Ibu-Ibu Dilarikan ke RS

Bahkan, ada program yang sudah dilaksanakan mulai Januari ini, yakni terlibat aktif dalam proses verifikasi dan validasi DTSK. Mahasiswa yang terlibat sebanyak 364 dari 600 mahasiswa penerima beasiswa 2020 yang tersebar di 25 kecamatan.

“Selain itu kami ikut membantu mendata difabel, membantu penyaluran bansos [bantuan sosial], dan pendataan KPM [keluarga penerima manfaat] PKH [Program Keluarga Harapan]. Prinsipnya, tugas kami membantu TKSK [tenaga kesejahteraan sosial kecamatan] dan pendamping PKH,” kata mahasiswa semester VIII Program Studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja yang biasa disapa Abim itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya