SOLOPOS.COM - PENGEMBANGAN USAHA -- Sritex yang selama ini terkenal karena produk pakaian seragam militernya bakal mengembangkan usaha dengan membangun pabrik produksi benang. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Jakarta (Solopos.com) – PT Sri Rejeki Isman Textile (Sritex) akan membangun pabrik pembuatan benang untuk bahan baku tekstil dan produk tekstil berkapasitas 80.000 ton per tahun dengan investasi US$241,5 juta pada tahun ini.

PENGEMBANGAN USAHA -- Sritex yang selama ini terkenal karena produk pakaian seragam militernya bakal mengembangkan usaha dengan membangun pabrik produksi benang. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Managing Director PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Adi Sugandi mengatakan sebagian besar mencapai 70%-80% dari 80.000 produk benang untuk memasok kebutuhan Sritex dan sisanya dijual di pasar lokal. “Pabrik pembuatan benang yang dibangun dengan dukungan dana dari Islamic Cooperation for the Development of the Private Sector atau ICD senilai US$157 juta itu dijadwalkan dapat beroperasi pada 2012,” katanya di Jakarta, Selasa (17/5).

Dia mengatakan fasilitas pinjaman berbasis syariah tanpa agunan dan bunga dari ICD, anak usaha Islamic Development Bank (IDB) itu seluruhnya untuk membeli mesin pembuatan benang dan pembangkit tenaga buatan China Tex Match Co Ltd. Sedangkan sisa untuk biaya konstruksi dan fasilitas lain di pabrik seluas 60 hektare yang diberi nama PT Rayon Utama Makmur di daerah perbatasan Wonogiri-Sukoharjo itu berasal dari internal Sritex.

Adi mengatakan produksi dari pabrik pembuatan benang berstatus penanaman modal dalam negeri yang pertama di Indonesia dengan daya serap tenaga kerja mencapai 6.000 orang itu untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing Sritex.

“Kami akan meningkatkan kapasitas pabrik Sritex di Sukoharjo yang rutin melayani pesanan seragam militer dari 26 negara seperti Jerman, Inggris, Swedia, Belanda, Uni Emirat Arab dan Indonesia serta kebutuhan pemegang merk fashion internasional,” ujarnya.

Menurut Adi dengan memproduksi sendiri benang untuk bahan baku tekstil dan produk tekstil di dalam negeri maka Sritex dapat menghemat biaya produksi mencapai lebih dari 10% karena tidak harus mengimpor.

Selain itu, lanjutnya, produksi benang dari PT Rayon Utama Makmur juga dapat memenuhi kebutuhan industri tekstil dalam negeri sehingga daya saingnya dapat meningkat karena tidak tergantung pada produk bahan baku dari impor. Dia menjelaskan fasilitas pinjaman dari ICD yang berbasis keuangan syariah, tanpa agunan dan bunga serta periode pengembalian hingga 7 tahun itu sangat positif pengembangan industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri.

Dampak positif
Sementara itu Head Corporate Finance Sritex Bintoro Dibyosaputro mengatakan pihaknya berusaha menjaga kepercayaan dari pihak IDB melalui ICD yang memberikan fasilitas pinjaman berbasis syariah tersebut.

Apalagi, lanjutnya, fasilitas dari lembaga keuangan berbasis di Jedah tersebut dapat berdampak sangat positif bagi pengembangan industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri yang sedang terpuruk akibat penetrasi produk impor. “Fasilitas dari ICD itu memang untuk Sritex sebagai pabrik tekstil terpadu mulai dari pembuatan benang, penenunan, dan pembuatan kain yang cukup berkembang dengan 17.500 karyawan, tetapi berdampak positif secara nasional,” tegasnya.

Bintoro mengatakan nota perjanjian dukungan modal itu ditandatangani di Jakarta pekan lalu oleh Chief Executive Officer ICD Khalid Al Aboodi dan Presdir Sritex Iwan S Lukminto disaksikan al President IDB Sheikh Ahmed Muhammad Ali dan Menteri Kuangan RI Agus Martowardojo.

JIBI/Bisnis Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya