SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Kehadiran Neno Warisman dalam acara Parenting School di Gedung IPHI Sragen, Sabtu (6/4/2019), diklaim panitia bukan agenda kampanye. Meskipun dalam acara tersebut, Neno sempat meneriakkan kata-kata “2019 ganti presiden”.

Dalam kegiatan yang digelar lembaga pendidikan Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen ini, Neno Warisman diundang sebagai pakar parenting. Panitia acara yang diwakili oleh Dodok Sartono menampik ada agenda kampanye di balik kegiatan parenting school ini.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Menurutnya, segala urusan dengan pemilu sudah selesai di lingkungan Birrul Walidain. “Urusan pemilu sudah selesai. Soal pilihan presiden, itu nomor dua. Yang utama dan pertama ialah bagaimana kita menjaga ukhuwah sesama wali murid,” papar Dodok Sartono, Sabtu.

Koordinator Divisi Penindakan Pelanggaran, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sragen, Widodo, mengaku belum mendapat laporan dari Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) Sragen yang ikut hadir di kegiatan parenting school tersebut.

“Kami tunggu laporan dulu. Nanti akan kami cermati dan pelajari. Kalau mau disebut kampanye itu harus terpenuhi beberapa persyaratan. Ya nanti akan kami kaji dulu,” jelas Widodo.

Dalam kesempatan itu, Neno Warisman menyerukan supaya 2019 ada pergantian presiden supaya kualitas pendidikan di Indonesia lebih baik dan membawa perubahan terhadap nasib bangsanya.

“Indonesia itu negara kaya raya. Tapi, warganya banyak yang miskin sekali. Ini enggak nyunnah. Pendidikan itu dilakukan untuk membuat anak manusia menjadi cerdas otaknya, menjadi tajam hati nuraninya, menjadi benar tindakannya. Bukan hanya baik, tapi juga benar. Hla ini benar enggak, baik juga enggak. Kalau begini enggak bener, begitu enggak bener. Ya wis, jangan salahin saya kalau saya bilang 2019 ganti presiden,” teriak Neno.

Pernyataan Neno Warisman itu disambut tepuk tangan ratusan orang tua siswa dari jenjang PAUD, SD, dan SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen yang hadir Neno mengaku merasa nelangsa hatinya melihat kemiskinan di Indonesia. Dia mengaku sudah tidak tahan melihat kemiskinan di Indonesia yang dikenal sebagai negara kaya raya.

“Kalau memang negaranya miskin, wonge ikut miskin ya cocok. Lha ini negaranya kaya raya, sugih, masya Allah. Kekayaan itu yang harus bisa dikelola untuk kesejahteraan rakyat. Lalu di mana undang-undang itu perginya?” ujar Neno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya