SOLOPOS.COM - Talkshow virtual Solopos bertema Kekayaan Tradisi Imlek yang ditayangkan di chanel Youtube Solopos TV, Selasa (16/2/20210).

Solopos.com, SOLO—Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Imlek tahun ini khususnya di Solo relatif lebih sepi. Lampu-lampu lampion indah yang biasanya menghiasi kawasan Pasar Gede tahun ini tak tampak lagi.

Situasi pandemi Covid-19 membuat semua orang termasuk kaum penganut agama Khonghucu di Solo menahan diri termasuk saat perayaan Imlek.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Tahun lalu barongsai asuhan saya menggelar 50 kali show, tapi tahun ini latihan pun tidak berani. Kalau latihan nanti mendatangkan kerumunan bisa dimarahi pemerintah,” ujar Adji Chandra, Rohaniwan Pengasuh Lithangh Makin (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) dalam talkshow virtual Solopos bertema Kekayaan Tradisi Imlek yang ditayangkan di chanel Youtube Solopos TV, Selasa (16/2/20210).

Baca Juga:Perhatikan! Ini Alur Dan Syarat Tes GeNose Di Stasiun Solo Balapan

Namun kondisi tersebut tak menyurutkan para penganut Khonghucu untuk merayakan dan memaknai Imlek. Menurut Adji, masa pandemi bisa dimaknai untuk semakin dekat dengan keluarga.

“Bagi kami komunitas agama Konghucu Imlek adalah hari raya keagamaan, tetapi kita tidak boleh mengklaim begitu ya, karena banyak orang Tionghoa yang ikut merayakan berdasarkan budaya, tradisi, dan lain sebagainya,”ujar Adji.

Tetapi, lanjut Adji, masyarakat Indonesia harus tahu bahwa Imlek ditetapkan sebagai Hari Raya bukanlah berdasar budaya atau tradisi tetapi Hari Raya keagamaan umat Khonghucu.

Baca Juga: Super Pedas, Harga Cabai Rawit Merah Di Solo Tembus Rp80.000

Menurut Adji penanggalan Imlek juga membawa semangat bagi orang Tionghoa untuk setiap tahun selalu berusaha memperbaiki diri agar tahun yang akan dilalui menjadi lebih baik.

Adji menjelaskan, jika berdasarkan keagamaan Hari Raya Imlek itu ditandai dengan persembahyangan. Sepekan sebelum Imlek, umat Khonghucu menyebut sebagai Hari Persaudaraan, saatnya memberikan rezeki berupa sembako dan sebagainya bagi orang kurang mampu.

“Kemudian sehari menjelang Imlek, umat Khonghucu wajib melakukan persembahyangan di rumah menyiapkan altar memasang berbagai sesaji. Kemudian kalau ada foto leluhur dipasang di ujung altar, lalu bersembahyang bersama. Sebelumnya menghadap ke luar luar rumah bersembahyang kepada Tuhan lalu bersembahyang kepada leluhur untuk mengucapkan terima kasih,”ujarnya.

Baca Juga: Chelsea Perpanjang Tren Kemenangan Seusai Tundukkan Newcastle 2-0

Berharap Lebih Baik

Kemudian pas hari Hari Imlek,lanjut Adji, pada pagi harinya ada acara memberikan hormat kepada orang senior atau sesepuh di rumah itu. Saat itulah para senior memberikan angpao kepada para junior di rumah.

“Ang itu merah, pao itu bungkusan. Jadi angpao artinya amplop merah berisi sedekah atau fitrah,"ujar Adji dalam bincang virtual yang dipandu Redaktur Solopos, Ichwan Prasetyo.

Kemudian sepekan setelah Imlek, ada sembahyang khusus kepada Tuhan Yang Maha Esa yang biasanya dilakukan di tempat ibadah. Sepekan kemudian, ada Cap Go Meh sebagai penutup rangkaian kegiatan Imlek.

Baca Juga: Wali Kota Solo Resmikan E SPBU Pedaringan Kerja Sama Bank Jateng

"Itu yang dilakukan umat Khonghucu sebagai perayaan keagamaan saat Imlek. Tetapi kalau ada umat lain yang mengambil sebagian kegiatan ya silakan saja,"ujar Adji.

Di sisi lain, memasuki Tahun Baru Imlek 25 yang disimbolkan dengan kerbau logam Adji berharap keadaan menjadi lebih baik.

"Kerbau itu binatang yang rajin bekerja, ulet, dan semangat. Sementara logam itu keras, maka kita berharap dengan kerja keras Corona segera hilang," ujar Adji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya