SOLOPOS.COM - Petani menjemur gabah hasil panen masa tanam I di jalan perdesaan di Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Senin (29/4/2024). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Harga gabah kering panen di wilayah Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, anjlok di kisaran Rp5.400-Rp5.600 per kg saat masa panen ini. Anjloknya harga gabah dipengaruhi hujan dengan intensitas tinggi yang mengakibatkan sebagian areal persawahan terendam banjir.

Hujan dengan intensitas tinggi selama berjam-jam mengakibatkan ketinggian anak Sungai Dengkeng yang melintasi wilayah Weru naik signifikan. Air meluap merendam sebagian lahan pertanian di Weru, terutama Desa Tegalsari.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Seorang petani asal Desa Tegalsari, Sutarni, mengatakan harga gabah kering di tingkat petani jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). “Harga gabah di tingkat petani di kisaran Rp5.500 per kg. Masih di bawah HPP yakni Rp6.000 per kg. Kemarin, lahan pertanian memang sempat terendam banjir meski hanya beberapa jam,” kata dia, Senin (29/4/2024).

Kondisi ini memberatkan dan merugikan para petani saat masa panen raya padi. Mereka tak mendapat keuntungan lantaran anjloknya harga gabah. Hal ini tak sebanding dengan biaya operasional pada awal masa tanam cukup besar.

Biaya operasional pada awal masa tanam cukup besar. Para petani harus membeli pupuk, benih padi, dan lain sebagainya selama satu musim masa tanam. “Awal MT II mungkin bulan depan. Setelah panen, petani harus menyiapkan biaya operasional untuk membeli pupuk dan benih padi,” ujar dia.

Alhasil, sebagian petani menjual hasil panen kepada tengkulak yang marak saat masa tanam padi. Dia meminta agar pemerintah mencari terobosan baru untuk mengatasi anjloknya harga gabah yang berimplikasi pada pendapatan para petani berkurang.

Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sukoharjo, Sukirno, tak memungkiri harga gabah di tingkat petani anjlok saat MT I. Selain tingginya curah hujan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti tikus dan wereng menjadi kendala dalam menggenjot peningkatan produksi padi di Kabupaten Jamu.

Pengurus KTNA Sukoharjo bakal berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo untuk membahas beragam problem dan tantangan di sektor pertanian. “Memang harga gabah di wilayah Sukoharjo bagian selatan turun saat masa panen padi. Ini harus dicari solusinya agar tak terjadi saat masa panen padi MT II,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya