SOLOPOS.COM - Polisi berjaga di depan ruko yang disewa terduga teroris NS di kawasan Cemani, Grogol, Sukoharjo, Selasa (13/12/2016). Dalam penggeledahan kali kedua ini, polisi fokus ke ruko milik H. Widodo Mohtar. Polisi lalu mencopot police line di ruko tersebut sehingga bisa dipakai lagi untuk usaha. Sedangkan police line yang dipasang di ruko yang disewa NS masih terpasang. (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Terduga teroris yang ditangkap di Bekasi, Nur Solihin, pernah sama-sama kuliah di IAIN Surakarta.

Solopos.com, SUKOHARJO — Terduga teroris Nur Solihin yang ditangkap di Bekasi, akhir pekan lalu, diketahui pernah satu kelas dengan Khafid Fathoni, 22, yang ditangkap di Ngawi, Jawa Timur. Keduanya satu kelas saat kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasar informasi yang diperoleh Solopos.com, keduanya diketahui sering bersama. “Memang benar NS [Nur Solihin] pernah kuliah di IAIN tapi dia tidak sampai lulus karena di DO [drop out atau dikeluarkan],” ujar Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan IAIN, Syamsul Bakri, ketika dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (14/12/2016).

Syamsul tak hanya mencari database Khafid yang ditangkap Densus 88 di Ngawi, Jatim. Tetapi juga Nur Solihin yang ternyata pernah satu kelas dengan Khafid di Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam angkatan 2012. Baca juga: Densus Sita Buku dan Sajam dari Rumah Terduga Teroris di Pajang Solo

Nur Solihin yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Bekasi sudah setahun DO. “Karena dua semester dia [Nur] tidak melakukan registrasi, otomatis dia DO. Surat DO dilayangkan ke rumahnya pada awal 2016,” papar dia.

Syamsul mengungkapkan setelah terungkap di media massa, ia mengumpulkan sejumlah mahasiswa untuk menelusuri jejak Nur Solihin dengan Khafid. Dari informasi yang dia dapatkan memang benar keduanya sering bersama.

Tapi sejak Nur Solihin  DO, ia kehilangan jejak. Biasanya ketika surat DO dilayangkan, mahasiswa atau orang tua mereka mendatangi kampus. Namun, dalam kasus Nur hal itu tak terjadi.

“Sebenarnya ketika wartawan ke sini [IAIN] saya sudah menyiapkan nama NS, tetapi karena tidak ditanyakan kami diam saja. Karena kami menganggap sudah tidak penting. Dia bukan lagi mahasiswa IAIN sejak setahun lalu. Dia hanya menyelesaikan kuliah semester I-VI,” papar dia.

Lebih lanjut, Syamsul menjelaskan Nur Solihin yang menikahi warga di Griyan, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Solo,  saat kuliah tidak menonjol. Tapi sosok yang diduga ikut merakit bom itu dikenal cukup radikal dalam forum diskusi.

Ketika dia mencoba masuk ke organisasi di dalam kampus banyak yang menolak. Karena dia banyak berseberangan dengan mahasiswa lainnya. “Teman-temannya tidak sepaham, karena bicaranya sering frontal. Dia suka memaparkan persoalan paham-paham radikal,” ungkap Syamsul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya