SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Teka-teki di balik penangkapan Ysr atau Y alias Khadijah saat pulang ke Jogonalan, Klaten, tanpa suami dan anaknya, Kamis (14/3/219) pekan lalu, dikuak kepolisian. Perempuan 35 itu dinyatakan tewas pada Senin (18/3/2019), 4 hari setelah ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.

Karopenmas Divisi Humas Polresi Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan Khodijah masih berstatus istri sah dari seorang lelaki. Namun, Khodijah meninggalkan sang suami karena dijanjikan dinikahi sebagai istri ketiga oleh terduga teroris Sibolga, Abu Hamzah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ya, dia masih berstatus istri sah, tapi tidak perlu saya sebutkan namanya [sosok suami],” ucap Dedi Prasetyo, Kamis (21/3/2019), dilansir Suara.com.

Dedi mengatakan suami sah dan anak Khodijah tak terpapar paham fundamentalis teroritik. Hal tersebut yang menjadi alasan Khodijah meninggalkan suami dan anaknya.

“Tidak ada [terpapar paham radikal]. Makanya karena suami dan anaknya itu tidak mengikuti apa yang dikehendaki, dia meninggalkan suaminya dan mau menikah dengan AH,” jelasnya.

Dedi Prasetyo menuturkan Khodijah diperiksa di Rutan Polda Metro Jaya pada Minggu (17/3/2019) dan ditemukan dalam keadaan sakit di ruang istirahat pemeriksaaan pada Senin (18/3/2019) pagi. Melihat kondisi itu, petugas jaga mengambil langkah atau upaya pertolongan pertama.

Namun kondisi terduga teroris memburuk sehingga dirujuk ke RS Polri Sukanto. Namun, kondisinya tidak tertolong dan tewas pada Senin siang.

Setelah pemeriksaan luar dan dalam di RS Polri Sukanto, organ-organ dalam Khodijah ditemukan mengalami keadaan korosif akibat terkena asam klorida atau HCL kadar 8,5 persen.

Dedi menyebut keinginan Khodijah menjadi mujahid sangat besar, apalagi terduga teroris perempuan memiliki militansi yang besar, seperti istri terduga teroris di Sibolga yang meledakkan diri.

Khodijah merupakan satu jaringan dengan terduga teroris yang ditangkap di Lampung, Sibolga, serta Tanjung Balai. Dirinya bersama Abu Hamzah (Sibolga) dan Putra Syuhada (Lampung) berencana membuat bom mobil dengan sasaran kantor kepolisian di Sibolga.

Diberitakan sebelumnya oleh Solopos.com, rumah orang tua Y di Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Klaten, digeledah setelah Y diciduk oleh Densus 88. Seorang warga Joton, Jangkung Sudono, menjelaskan Y lahir di desa setempat. Namun, sejak lulus sekolah Y merantau ke Tangerang bekerja di salah satu pabrik sepatu. Ysr lantas pindah kependudukan setelah menikah dan menetap di Tangerang.

Namun sejak 10 hari sebelum ditangkap, Y pulang ke rumah orang tuanya lantaran mendapat kabar sang ibu sakit. Y pulang seorang diri tanpa suami dan anak-anaknya dan berencana kembali ke Tangerang pada Sabtu (16/3/2019).

Jangkung menjelaskan Y sering pulang ke kampung halamannya saat Lebaran tiba bersama suami serta anak-anaknya. “Orangnya biasa-biasa saja, tidak ada yang aneh. Sering main ke tetangga kalau pulang,” ungkapnya.

Ditemui di rumahnya, Sry mengatakan Ysr pulang ke Joton seorang diri dan tak pamit dengan suaminya. Ia mengatakan anak keempatnya tersebut menikah dengan seorang laki-laki yang bekerja sebagai pedagang serta dikarunia dua orang anak. “Rencana Sabtu siang mau pulang dengan adiknya. Kalau anak saya itu orangnya biasa-biasa saja,” tutur Sry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya