SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Meski harga tembakau diprediksi akan meroket, ada kekhawatiran petani bakal menjual murah dengan sistem ijon (tebasan). Hal ini karena desakan kebutuhan jelang Lebaran karena tembakau baru bisa dipanen sekitar bulan September atau setelah Lebaran.

“Banyak petani yang terdesak mencukupi kebutuhan jelang Lebaran. Padahal, mereka tidak punya sambilan lain,” kata Nur Hidayat, anggota Komisi IV DPRD Sleman yang juga sebagai pengamat pertanian di Sleman, Rabu (3/8) siang.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Jika sistem ijon itu benar terjadi, lanjut Nur, harga panen tembakau di Sleman bisa rusak. Sebab, para tengkulak maupun pengepul jelas lebih memilih tembakau milik petani yang sedang kepepet Lebaran.

Menurut Nur, pemerintah maupun asosiasi petani tembakau tidak dapat berbuat banyak jika ada petani yang menjual dengan harga jauh di bawah pasaran. “Kalau alasannya karena kepepet, mau bagaimana lagi,” ujarnya.

Nur menambahkan, harga panen tembakau fluktuatif. Peran pemerintah dalam menentukan harga juga sangat kecil. Kecuali jika sebelumnya memang sudah ada kesepakatan antara kelompok tani dengan tengkulak atau pembeli. “Kalau memang sudah ada MoU, pemerintah bisa turut mengatur harga final agar petani tidak merugi,” terangnya.

Adapun, Kabid Kehutanan dan Perkebunan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Sleman, Mashudi mengatakan, pihaknya mendapat kabar jika dua pabrik rokok tertentu bakal menghargai tembakau di Sleman seharga Rp25.000 per kilogram per totol (tingkatan kualitas).(Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Foto Ilustrasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya