SOLOPOS.COM - Bisnis thrifting sepatu impor. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Thrifting barang fashion impor diyakini akan tetap berjalan meskipun bisnis ini dianggap Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) bisa mematikan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.

“Aturan pemerintah mau melarang thrift ini seperti apa, asalkan masih ada permintaan dan Batam masih membuka pengiriman impor barang luar negeri ya akan tetap berjalan,” ujar salah satu penjual sepatu bekas impor di Solo, Leila Mega, yang ditemui Solopos.com saat acara Surakarta Sneakers Day di De Tjolomadoe, Sabtu (4/3/2023).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Toko thrift milik Leila bernama Still Good Thrift yang dijalankan bersama kakaknya. Dia juga mengatakan pesaing utama usahanya adalah usaha sepatu lokal karena kisaran harga yang sama.

Namun, menurutnya peminat sepatu bekas impor tetap ada karena banyak yang mencari sepatu bermerk dan tidak keberatan dengan kondisi bekas dari produk yang mereka beli.

“Walaupun bekas, keaslian produk itu yang mereka cari. Banyak juga pelanggan kami yang kolektor sepatu merk tertentu jadi ada keluaran tertentu yang mereka cari dan hanya bisa membeli sepatu bekas,” tambahnya.

Leila mengaku pengiriman sepatu bekas tersebut sering kali bercampur dengan sepatu palsu dari merek-merek luar  negeri. Biasanya produk-produk palsu tersebut mereka berikan ke tetangga.

Kebanyakan pelanggan Leila adalah anak-anak muda baik perempuan dan laki-laki berusia 17 tahun ke atas. Dia mengatakan para pelanggan ingin mencari cara bisa tetap gaul dan memiliki outfit bagus dengan harga murah.

Hal yang sama diakui oleh Andre, pemilik toko thrift sepatu MRCL.ID. Usaha yang dijalaninya sejak tahun 2018 itu bermula saat dia menjual sepatu-sepatu merek tertentu dari teman-temannya.

“Saya dan teman-teman memang senang mengkoleksi sepatu bermerek, dan dari itu saya mulai berjualan sekaligus memiliki koleksi sendiri, kemudian cari link di Facebook dan akhirnya dapat link impor dari Thailand,” papar Andre.

Andre mengaku karena dapat dari tangan pertama, dia lebih bebas memilih produk yang dia beli. Pembelian minimal untuk 1 kali pengiriman dari Thailand sebanyak 100 pasang sepatu.

Merek sepatu yang dijual di toko Andre antara lain Vans dan Converse karena dia sendiri menyukai kedua merk tersebut. Kebanyakan peminat produk-produk sepatu bekas yang dijual lagi oleh Andre juga anak muda berusia 17 tahun ke atas.

Menurut Andre, sepatu merk lokal kalah dibandingkan merk luar negeri karena kualitas dan tampilan yang berbeda.

Namun karena tidak semua orang memiliki uang yang cukup untuk memberi sepatu impor dalam kondisi baru, sepatu bekas masih jadi cara mereka untuk tetap tampil modis.

Andre juga berpendapat pasar sepatu bekas adalah kolektor sepatu fanatik yang menyukai beberapa merk tertentu, sehingga permintaannya akan selalu ada.

Mereka biasa membeli sepatu bekas dari supplier di Batam yang mengimpor sepatu-sepatu bekas tersebut dari luar negeri. Pembelian minimal dalam jumlah 1 karung berisi 100 pasang sepatu bekas bermerk.

Merek-merek sepatu yang mereka jual antara lain Nike, New Balance, Adidas, Converse, Vans, dan sepatu impor lainnya.

Pembelian 1 karung sepatu berkisar dari harga Rp13 juta- Rp20 juta. Setelah itu sepatu-sepatu bekas tersebut dijual dengan kisaran harga Rp190.000 sampai Rp450.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya