SOLOPOS.COM - Warga melihat kobaran api kebakaran tangki minyak milik Pertamina RU VI Balongan di desa Sukaurip, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (30/3/2021) malam. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Periode 2005--2010 Muhammad Said Didu mengatakan PT Pertamina (Persero) berpotensi mengimpor bahan bakar minyak seiring dengan terbakarnya empat tangki penyimpanan di Kilang Balongan, Indramayu. Potensi itu terbuka menyusul terbakar hebatnya kilang Balongan milik BUMN Pertamina.

Dia menjelaskan, dalam kondisi kilang beroperasi seluruhnya, Indonesia masih defisit bahan bakar minyak. Pasalnya, kilang di dalam negeri hanya bisa menghasilkan BBM pada kisaran 800.000 barel per hari.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada sisi lain, konsumsi BBM di dalam negeri tercatat sekitar 1,6 juta barel per hari dalam kondisi normal. Pada saat pandemi, kebutuhan BBM dalam negeri tercatat sekitar 1,2 juta barel per hari.

Baca Juga: Ramalan Bintang Maret 2021: Ini Karier dan Cinta Zodiak Anda!

"Ini di tengah kesulitan devisa, kita kebakaran [Kilang Balongan], kita impor 125.000 per hari harus mengimpor untuk menutupi itu, Pertamina mengimpor dan menghabiskan devisa 125.000 barel per hari," katanya dalam sebuah webinar yang digelar pada Jumat (2/4/2021).

Said mengatakan, asumsi itu berdasarkan perhitungan kasar dari informasi yang disampaikan Pertamina kepada publik. Dalam insiden itu, api telah melahap 4 tangki penyimpanan BBM yang masing-masing berkapasitas 100.000 barel.

Kehilangan 400.000 Barel

Dengan demikian, Pertamina kehilangan stok BBM sebesar 400.000 barel. Oleh karena itu, apabila dalam kondisi normal Indonesia masih membutuhkan impor BBM. "Kalau berkurang 100.000 barel saja sudah pasti harus nambah impor dong. Sebenarnya sederhana sekali pemikirannya," ungkapnya.

Baca Juga: Landainya Kasus Covid-19 Bikin Tesla Makin Yakin Bikin Pabrik di India

Said menilai terbakarnya kilang Pertamina Balongan tersebut menjadi catatan penting bagi manajemen Pertamina. Sebelum kejadian, aroma BBM yang sangat menyengat telah dirasakan masyarakat. "Kalau Pertamina sudah menunjukkan kebocoran terjadi berhari-hari berarti ada masalah besar di Pertamina," ungkapnya.

Sebelumnya, hal senada turut diungkapkan oleh Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi. Menurutnya dengan insiden itu maka potensi impor BBM dengan jumlah lebih menjadi sangat berpotensi.

"Dengan terbakarnya Kilang Balongan, ketergantungan terhadap impor semakin tinggi, yang akan menggerus kedaulatan energi dalam jangka panjang," katanya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya