SOLOPOS.COM - Putut Tetuko mengobati salah satu pasien di kediamannya. (Solopos/Tamara Geraldine)

Solopos.com, BOYOLALI – Terapi listrik di Dukuh Gunungwijil RT 10 / RW 002, Desa Gubug, Cepogo, Boyolali, cukup diminati masyarakat. Pengobatan alternatif itu ditangani oleh Putut Tetuko, seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) Tanduk di Koramil V.

Di tengah kesibukannya sebagai Babinsa Tanduk di Koramil V, Putut Tuteko masih tetap mengabdi kepada masyarakat. Sejak pagi hingga siang, Putut Tuteko mengabdi di Kodim 0274 Boyolali. Selepas bekerja, dirinya melayani masyarakat dengan membuka praktik terapi listrik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terapi listrik itu diklaim mampu mengobati berbagai penyakit. Putut Tuteko membuka praktik terapi listrik lantaran orang tuanya didiagnosis mengidap strok. Kala itu, dia harus menghabiskan uang untuk pengobatan orang tuanya.

Hujan Deras, Pagar Halaman SMPN 2 Jatiroto Wonogiri Roboh

Pengalaman pahit lima tahun lalu itulah yang membuat Putut Tetuko membuka pengobatan terapi listrik. Pria kelahiran 8 Desember 1976 menggunakan pengalaman di militer yang menggunakan terapi listrik sebagai pengobatan.

Terapi listrik itu diaplikasikan ke orang-orang yang ingin mengobati keluhan saraf terjepit, lumpuh, strok, dan masalah kesehatan lainnya.

Putut Tetuko mengobati salah satu pasien di kediamannya. (Solopos/Tamara Geraldine)

“Di tengah kesibukan, saya tetap melayani masyarakat. Saya memiliki komitmen untuk membantu masyarakat sebisa saya,” terang Putut Tuteko kepada Solopos.com saat ditemui di rumahnya 13 Januari 2020 lalu.

Praktik terapi listrik yang dijalankan Putut Tuteko cukup terkenal di kalangan masyarakat Boyolali. Dia pun tidak mematok tarif tinggi untuk layanan pengobatan alternatif tersebut lantaran menyasar kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Korban Meninggal Virus Corona Lebih Banyak dari SARS

“Saya tidak mematok tarif tinggi, sebab banyak kalangan menengah ke bawah yang kesulitan membayar. Saya ingin membuat klinik terapi yang bisa menyembuhkan masyarakat, namun tarifnya tidak membebankan masyarakat,” imbuh dia.

Waktu yang dibutuhkan untuk sekali terapi yakni 15-20 menit. Harga yang dipatok berkisar antara Rp50.000-Rp70.000.

“Dalam sekali pertemuan selama 15-20 menit per pertemuan, harga dipatok Rp50.000 hingga Rp70.000,” sambung dia.

Putut Tuteko mengatakan banyak warga yang masih berkunjung ke tempat praktinya meski keluhan penyakit mereka telah hilang. Putut Tuteko selalu memperlakukan pasiennya dengan ramah, sehingga sering dianggap seperti keluarga.

Kominfo Bakal Kirim SMS Blast Tangkal Hoaks Virus Corona di Indonesia

“Banyak pasien yang masih datang. Mereka membawakan makanan khas daerah asalnya untuk saya. Saya kadang merasa sungkan, saat mereka membawa makanan ke rumah saya. Padahal, pasien saya warga di luar Kabupaten Boyolali, ” kata dia.

Putut Tuteko berharap praktik terapi listriknya membantu pengobatan warga tidak mampu. Dia sadar betul banyak orang yang memilih menahan sakit lantaran tidak punya biaya berobat.

“Banyak warga yang tidak mampu, terkadang malas untuk berkunjung ke klinik karena harganya. Masyarakat pasti berobat menunggu sakitnya parah. Harapan saya, dengan pengobatan yang saya buka bisa membuat masyarakat menengah ke bawah bisa berkunjung, ” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya