SOLOPOS.COM - Beberapa siswa Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Jogja memainkan alat musik gamelan pada acara peresmian gedung Pusat Layanan Autis di Bantar Kulon, Sentolo, Kulonprogo. (Harian Jogja/Rima Sekarani)

Terapi anak autis bisa dilakukan salah satunya dengan lomba makan kerupuk

Harianjogja.com, SLEMAN– Kegiatan lomba untuk anak autis bermanfaat membantu mereka dalam mengendalikan emosi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Amel terus meronta saat ibunya memegangi kedua tangannya. Ia bahkan berteriak saat diminta memakan kerupuk yang tergantung dalam seutas tali rafia. Ia dilarang memakan kerupuk dengan bantuan kedua tangannya namun hanya diperbolehkan menggunakan mulut saja.

Meski badan besarnya mampu mengalahkan tenaga sang ibu yang terus mendekap dari belakang, pelan-pelan tenaga Amel pun mereda. Seiring dengan dukungan dari guru-guru di sampingnya, siswa SDLB Citra Mulya Mandiri Selomartani Kalasan ini akhirnya mampu menuntaskan lomba makan kerupuk yang ia ikuti di halaman Kantor Kecamatan Depok.

Bagi anak-anak pada umumnya, lomba makan kerupuk hanya menjadi penghibur semata. Namun bagi anak autis seperti Amel, lomba makan kerupuk menjadi media belajar mengendalikan diri dan emosi.

“Kegiatan seperti ini bisa melatih kesabaran karena mereka [anak autis] memiliki tingkat emosional yang tinggi,” kata Heni Karuniawati, ibunda Amel yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat dan Orang Tua Peduli Autis (Kompak) Jogja, Rabu (19/8/2015).

Dikatakan pula oleh ketua panitia lomba Hermi Wibowo, lomba kemerdekaan yang biasa dilakukan di masyarakat mampu meningkatkan motorik halus anak autis. Seperti lomba menangkap ikan lele, menggambar, dan juga lomba memindah bendera seperti yang dilaksanakan dalam acara tersebut.

Lomba-lomba itu juga bertujuan menggali bakat anak autis. Selama ini, anak autis masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat sehingga tak banyak dilibatkan dalam lomba kemerdekaan di lingkungan tempat tinggalnya.

“Anak autis masih dipandang aneh. Bahkan kata autis jadi bahan ejekan. Mainan HP saja, autis kamu. Seperti itu,” tirunya.

Oleh karena itu, dengan lomba kemerdekaan seperti ini bisa menjadi tempat anak autis mengekspresikan diri. Selain itu juga memunculkan kepedulian dari masyarakat.

Dalam kegiatan itu juga dilakukan kampanye makan daging kelinci yang merupakan sumbangan dari Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK). Camat Depok Budiharjo mengatakan selama ini daging kelinci belum familiar dikonsumsi masyarakat.

“Nilai gizinya cukup tinggi sehingga sangat membantu tumbuh kembang anak, baik fisik maupun intelektual,” kata dia.

Kegiatan yang baru pertama kali digelar di Depok ini diharapkan dapat menjadi agenda tahunan. Prinsipnya, kata Budi, pejabat pemerintahan Depok akan memfasilitasi kegiatan serupa. Lomba anak autis tingkat DIY ini merupakan hasil kerjasama Kecamatan Depok dengan Forum Kompak. Sekitar 29 sekolah ikut terlibat dalam lomba ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya