SOLOPOS.COM - Seorang tenaga kesehatan mendorong troli berisi aneka peralatan medis di Puskesmas Pandean, Kecamatan Dongko, Trenggalek, Senin (26/10/2016). Krisis air telah mempengaruhi layanan kesehatan di puskesmas yang terletak di salah satu daerah pedalaman Trenggalek tersebut. (JIBI/Solopos/Antara/Destyan H Sujarwoko)

Tenaga kesehatan Solo, 51 kelurahan di Solo akan mendapatkan tenaga ahli kesehatan masyarakat.

Solopos.com, SOLO–Pemkot Solo akan menempatkan tenaga ahli kesehatan masyarakat di 51 kelurahan pada tahun depan. Saat ini tenaga kesehatan masyarakat yang dimiliki Pemkot baru 30 orang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bidang Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Purwanti, mengatakan tenaga ahli kesehatan masyarakat (kesmas) yang dimiliki Pemkot terdiri atas delapan orang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 22 orang berstatus tenaga kontrak. Dia mengatakan 30 petugas ini tersebar di 17 Puskesmas.

Purwanti menyampaikan mulai tahun depan setiap kelurahan akan disiagakan tenaga ahli kesmas. Sehingga, setidaknya masih dibutuhkan 21 tenaga ahli kesmas.
“Idealnya memang satu kelurahan satu petugas. Untuk itu, kami masih membutuhkan tenaga ahli kesmas,” kata dia seusai acara sarasehan dan workshop tenaga ahli kesehatan masyarakat di RS Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Solo, Sabtu (21/11/2015).

Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Cabang Solo ini juga mengatakan tahun depan akan diadakan perekrutan tenaga ahli kesmas. Selain itu, DKK juga mengusulkan ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Solo untuk merekrut PNS untuk formasi tenaga ahli kesmas.

“Dari 30 tenaga ahli kesmas yang ada di Puskesmas, hanya delapan orang yang berstatus PNS. Tetapi, nanti paling banyak kami akan merekrut petugas kontrak,” ujar dia.

Menurut dia, tenaga ahli kesmas di tingkat kelurahan sangat penting untuk memberikan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat. Selama ini, paradigma masyarakat terhadap pencegahan masih rendah.

“Selama ini masyarakat kurang peduli terhadap usaha preventif, mereka beranggapan ketika sakit bisa langsung membeli obat atau periksa di Puskesmas/rumah sakit menggunakan BPJS. Kalau pemahaman masyarakat seperti ini, ya tanggungan BPJS bisa jebol dan bisa saja anggaran negara habis untuk membiayai orang sakit,” jelas Purwanti.

Lebih lanjut, dia mengklaim saat ini Pemkot Solo sudah semakin berpihak pada program promotif dan preventif. Ini dibuktikan dengan anggaran yang digelontorkan Pemkot untuk memberikan pemahaman terhadap kesehatan pada tahun ini mencapai Rp1,7 miliar.

DKK mengusulkan pada 2016, anggaran untuk kegiatan promotif dan preventif senilai Rp2,5 miliar.  “Anggaran itu juga untuk merekrut tenaga kontrak di tahun depan,” kata dia.

Sekretaris IAKMI Cabang Solo, Ida Untari, mengatakan tenaga ahli kesmas bertugas untuk mengedukasi dan mengubah paradigma masyarakat mengenai kesehatan. Dia menganggap masyarakat selama ini masih menyepelekan tindakan promotif dan preventif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya