SOLOPOS.COM - Kegiatan latihan pertukangan di BLK Sukoharjo. Selama ini lulusan BLK masih lebih banyakyang berorientasi untuk bekerja di perusahaan dan bukannya berwirausaha. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery S)

Kegiatan latihan pertukangan di BLK Sukoharjo. Selama ini lulusan BLK masih lebih banyakyang berorientasi untuk bekerja di perusahaan dan bukannya berwirausaha. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery S)

SUKOHARJO — Mayoritas lulusan dari pelatihan Balai Latihan Kerja (BLK) belum berminat berwiraswasta. Mereka lebih meminati untuk bekerja di perusahaan ketimbang mendirikan usaha sendiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sukoharjo, AA Bambang Haryanto, mengatakan kondisi tersebut bukan hanya terjadi kepada lulusan BLK dari Sukoharjo, melainkan juga warga Sukoharjo yang sudah lama bekerja di luar negeri. Dari ratusan peserta yang berhasil lolos seleksi untuk bekerja ke luar negeri, kata dia, baru ada dua orang yang berminat untuk berwirausaha. Usaha yang dijalankan itu yakni di bidang pembuatan barang meubel.

Lebih lanjut AA Bambang Haryanto yang akrab disapa Anton mengatakan, ada banyak warga Sukoharjo yang menjadi peserta pelatihan dan kini telah bekerja di luar negeri. Mereka antara lain bekerja di berbagai perusahaan di Korea Selatan dan Jepang. Mayoritas peserta itu ditempatkan di pabrik-pabrik besar di negara tersebut. “Kalau di Jepang, mereka ditempatkan di perusahaan elektronik. Masa kerja mereka di sana hanya tiga tahun,” ungkap Anton.

Selama tiga tahun itu, kata dia, rata-rata para pekerja digaji Rp15 juta per bulan. Biaya hidup selama di luar negeri ditanggung oleh mereka sendiri. Ia memprediksi selama tiga tahun bekerja di luar negeri, setidaknya mereka bisa kembali ke tanah air dengan mengantongi uang Rp400 juta.

Uang yang sudah didapat dan pengalaman selama tiga tahun di luar negeri, imbuh Anton, seharusnya sudah bisa menjadi bekal bagi warga untuk mendirikan usaha dan menciptakan lowongan kerja di daerah. Namun faktanya uang yang didapat itu bukan untuk membuka usaha, tapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Ia mengatakan, sebetulnya pihak luar negeri itu menginginkan agar orang Indonesia yang sudah bekerja di luar negeri, bisa menulakan ilmunya ke orang lain. “Karena itu jangka waktu kerjanya hanya tiga tahun. Itu bertujuan agar mereka bisa mengembangkan kemampuan yang mereka miliki di daerah tempat tinggalnya itu,” ungkap Anton.

Sebelum para tenaga kerja di luar negeri itu diberangkatkan, imbuh Anton, biasanya Dinsosnakertrans juga telah mewanti agar setelah mendapatkan uang, tidak digunakan untuk foya-foya tapi ditujukan untuk berbisnis. Selain itu, para lulusan tenaga kerja dari luar negeri juga diminta untuk memberikan motivasi kepada para calon tenaga kerja luar negeri. “Biar sebelum berangkat ke luar negeri, mereka termotivasi. Apalagi yang bicara adalah orang-orang yang sudah berwirausaha,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya