SOLOPOS.COM - Job fair difabel digelar di Sleman, Kamis (19/11/2015). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Tenaga kerja DIY semakin terdesak kondisi ekonomi yang terus melambat

Harianjogja.com, JOGJA-Kondisi perekonomian yang masih lambat memicu semakin besarnya angka pengangguran, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kondisi ini tidak hanya menambah angka pengangguran terbuka tetapi juga setengah pengangguran.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY hingga akhir Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka sudah mencapai 4,77% dari jumlah penduduk. Secara angka, jumlahnya mencapai 2,097 juta jiwa.

Menurut Kepala BPS DIY Bambang Kristianto, angka tersebut meningkat signifikan bila dibandingkan data tahun sebelumnya. Februari 2015 sendiri, jumlah pengangguran terbuka hanya 2,013 juta jiwa. “Februari tahun 2015 angka pengangguran terbuka di DIY itu hanya 1,24 persen dari jumlah penduduk, tahun ini jadi 4,77 persen,” paparnya Minggu (24/7/2016).

Bambang mengatakan, adanya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) disinyalir menjadi penyebab naiknya angka pengangguran terbuka di DIY.

Untuk update jumlah pengangguran terbuka hingga bulan Juli ini, pihaknya belum dapat menyampaikan. BPS baru akan melakukan pendataan pada Agustus mendatang. Namun pihaknya memperkirakan jumlah pengangguran akan meningkat seiring dengan perlambatan ekonomi yang masih terasa, baik secara nasional maupun lokal.

“Apalagi sekarang tambah lulusan pendidikan SMA dan juga perguruan tinggi. Jumlahnya bisa makin tinggi,” tegasnya.

Kondisi serupa juga diperkirakan terjadi untuk kategori setengah pengangguran karena jumlah lowongan kerja semakin kecil. Minimnya lowongan kerja dapat ditangani dengan menciptakan peluang kerja sendiri.

Masyarakat dapat berinovasi untuk menciptakan usaha yang dapat menjadi sumber penghidupan bagi dirinya dan juga orang sekitar. Namun, sepertinya Indonesia secara umum belum terbentuk iklim untuk berinovasi.

Key Expert in Innovation and Technology Union Europe Trade Cooperation Facility, Satriyo Soemantri Brodjonegoro pernah menyampaikan hal tersebut bahwa iklim Indonesia untuk berinovasi belum terbentuk.

Iklim menciptakan lapangan kerja disebutnya masih kurang karena iklim yang terbentuk di Indonesia saat ini lebih mendukung seseorang untuk menjadi konsumen dan bekerja di perusahaan.

Menciptakan usaha dapat berawal dari apa yang dimiliki seseorang, baik melalui hobi, bakat, maupun kemampuannya. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari situlah yang dapat dikembangkan secara kreatif menjadi sebuah kegiatan ekonomi kreatif yang menghasilkan nilai jual.

“Ekonomi kreatif itu monetisasi dari kekayaan seni budaya dan yang dimiliki manusia,” tandasnya menjelaskan parameter ekonomi kreatif di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya