SOLOPOS.COM - Tembakau yang dipanen oleh petani Wonogiri. (istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI – Sejumlah petani tembakau di Wonogiri sudah mulai memanen hasil tanamnya. Harga jual tembakau tidak terdampak dengan adanya pemberlakukan pembatasa kegiatan masyarakat (PPKM).

“Sudah mulai ada yang panen tapi belum semua. Tapi ada juga yang tembakaunya sudah habis terjual. Panennya bertahap,” kata Kepala Seksi Perkebunan, Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri, Parno, saat dihubungi Solopos.com, Senin (20/9/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Untuk masa tanam kali ini, kata dia, panen tembakau di Wonogiri sudah dimulai sejak pertengahan Agustus. Diperkirakan puncak panen raya tembakau terjadi pada akhir September hingga awal Oktober.

Baca Juga: Pelanggar Lalu Lintas di Wonogiri Tak Diberi Tilang Saat Terjaring Operasi Patuh Candi, Ini Alasannya

Menurut dia, petani yang belum panen merupakan petani yang menanam tembakau pada masa tanam (MT) III. Jadi setelah menanam padi dua kali baru menanam tembakau. Sedangkan yang sudah panen, petani yang menanam tembakau sejak MT II. Setelah panen padi langsung menanam tembakau.

Parno menuturkan, daerah yang sebagian besar petaninya sudah panen tembakau di antaranya Kecamatan Eromoko dan Pracimantoro. Sedangkan daerah yang sebagian besar petani belum panen di antaranya Kecamatan Baturetno. “Kalau di Baturerno biasanya menanam tembakau setelah dua kali panen padi. Sedangkan di Eromoko sebagian besar baru sekali panen padi langsung ditanami tembakau,” ungkap dia.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Tembakau Ngudi Makmur II, Desa Baleharjo, Kecamatan Eromoko, Miswanti, mengatakan petani yang tergabung di kelompoknya sudah panen. Bahkan sebagian besar hasil panen sudah terjual.

“Eromoko selatan seperti tempat saya sudah panen. Kalau Eromoko utara masih banyak tembakaunya. Karena ditanam saat MT III. Kalau di tempat saya setelah padi langsung tembakau,” kata dia saat dihubungi, Senin.

Dijual ke Klaten

Ia mengatakan, tembakau hasil panen dijual ke PT Sadana Arifnusa Klaten. Meski ada PPKM, harga tembakau cenderung stabil atau tidak terdampak. Hanya saja, jika biasanya saat penjualan panen seluruh 46 anggota kelompok tani ikut ke pabrik, kali ini hanya perwakilan.

Harga tembakau saat ini, untuk jenis rajangan berkisar Rp21.000 hingga Rp45.000 per kilogram. Sedangkan tembakau krosok berkisar Rp7.000 hingga Rp11.000 per kilogram. Sekarang petani diharuskan menjual tembakau krosok sebanyak 10 persen dari total hasil panen. Tembakau krosok merupakan tembakau yang tidak dirajang atau daun yang kering.

Baca Juga: Atlet Judo Wonogiri yang Lolos ke PON Papua Ternyata Sempat Vakum 4 Tahun

“Petani rugi bukan karena harga turun tapi karena hama. Dulu awal pandemi diserang hama oret-oret atau trip. Dampaknya tembakau cepat kering. Tapi kalau sekarang sudah tidak separah dulu,” ujar dia.

Pada masa tanam kali ini, Miswanti menanam tembakau di lahan seluas 1,5 hektare. Sedangkan hasil yang didapat sekitar 3,5 ton. “Di kelompok kami sudah banyak yang selesai jual. Masih ada dua kali penjualan, kamis besok terakhir pengiriman. Ini tinggal menghabiskan saja,” kata Miswanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya