SOLOPOS.COM - Dai kondang Ustaz Yusuf Mansur (berpeci), dan Sudarso Arief Bakuama (kanan) saat mediasi terkait laporan investor proyek Condotel Moya Vidi, Darmansyah (kiri) di Jakarta, Februari 2017 silam. Saat itu mereka ditemani tim kuasa hukum masing-masing dan penyidik Mabes Polri. (Istimewa/ Thayyibah.com)

Solopos.com, JAKARTA — Wartawan Thayyibah.com, Sudarso Arief Bakuama getol mengkritik konsep sedekah dan investasi yang digalang dai kondang Ustaz Yusuf Mansur.

Ia menulis buku yang berisi kritikan untuk Yusuf Mansur, yakni Yusuf Mansur Menebar Cerita Fiktif, Menggugat Yusuf Mansur, 1001 Dusta Paytren Yusuf Mansur, dan Banyak Orang Bilang Yusuf Mansur Menipu.

Promosi Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Bagikan 1.000 Paket Sembako di Bali

Mantan wartawan Majalah Amanah itu bahkan pernah dilaporkan oleh Yusuf Mansur ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik.

Apa motif Sudarso mengulik ajaran sedekah dan bisnis Yusuf Mansur? Sudarso mengaku tidak ada tendensi pribadi atas apa yang dilakukannya sejak beberapa tahun lalu itu.

Baca Juga: Pernah Dilaporkan ke Bareskrim, Sudarso Tak Henti Kritik Yusuf Mansur

“Semuanya saya lakukan untuk meluruskan yang salah. Banyak orang-orang yang menjadi korban Jam’an (Jam’an Nurchotib Mansur, nama kecil Yusuf Mansur),” ujar Sudarso dalam sebuah diskusi di Bandung yang dikutip Solopos.com, Rabu (26/1/2022).

Sudarso mengaku mengenal Yusuf Mansur sejak lama. Pada tahun 1995, sebagai wartawan Pos Kota dirinya bertugas meliput bidang keagamaan sehingga berhubungan dengan banyak tokoh Islam.

“Saya menulis buku-buku tentang Yusuf Mansur itu bukan ujug-ujug, bukan ingin terkenal atau apa. Saya pada 1995 di Pos Kota sudah ditugasi untuk menulis masalah-masalah seputar agama dan kiai/ustaz. Saya mewawancarai tentang isu-isu keagamaan. Saya amati dia, saya tulis di majalah saya tahun 2003,” ujar Sudarso.

Baca Juga: Paytren Pengumpul ZIS Terbaik, Yusuf Mansur: Alhamdulillaah

Pada 2003, Sudarso yang kala itu menjadi wartawan Majalah Amanah bahkan menulis dai muda itu di cover medianya dengan judul The New Rising Star. Belakangan, pria asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur itu mengaku menyesal telah memuat tulisan tersebut.

“Saya tulis dia The New Rising Star. Gak ada internet waktu itu, jadi belum di-upload,” ujar Sudarso kepada Solopos.com.

Tak hanya dekat sebagai wartawan dan narasumber, Sudarso mengatakan kedekatan tersebut karena salah satu guru di pondok pesantren yang diasuh Yusuf Mansur adalah adik kelasnya di pesantren.

“Ustaz Rohimuddin salah satu guru di Daarul Quran yang menjadi kepercayaannya adalah adik tingkat saya di Pesantren Attaqwa Bekasi, jadi saya interaksi sudah lama. Saya kenal dia, dia kenal saya,” lanjut dia.

Lama tidak berinteraksi dengan Yusuf Mansur, Sudarso kembali menulis teman lamanya itu pada 2015 saat Yusuf Mansur mencanangkan sedekah nasional dan mendapat perhatian besar media-media nasional.

Ia pun menulis di situs dakwatuna.com. Tak disangka, tulisan itu ternyata mendapat respons dari banyak kalangan, termasuk pengusaha nasional Puspo Wardoyo.

Baca Juga: Ini Alasan Eks TKW Geram kepada Ustaz Yusuf Mansur

Pemilik Wong Solo Group itu lantas memberi pernyataan yang berisi kritikan atas konsep sedekah Yusuf Mansur yang dinilai menyesatkan umat lantaran dianggap menggantungkan nasib pada keajaiban setelah bersedekah. Pernyataan Puspo tersebut membuat heboh publik.

“Tulisan itu direspons banyak orang. Mereka lalu mengaku tentang masalah-masalah yang mereka hadapi. Karena terlalu banyak orang yang mengadu akhirnya saya tulis dan diunggah ke Youtube hingga hari ini,” katanya.

Sebelumnya, Yusuf Mansur mengancam melaporkan orang-orang yang dianggapnya menebar fitnah terhadap dirinya. Saat ini ia sedang melakukan istikharah selama 40 hari dengan menggelar yasinan di seluruh pondok pesantren yang diasuhnya.

“Nah yang gini-gini ini harus dilaporin. Kami sedang yasinan 40 hari, semua pondok pesantren dan rumah tahfiz. Bahkan yang di Hongkong dan Gaza. Ini yasinan untuk menentukan. Semua yang punya narasi pidana sudah diarsip dan diprofiling, baik akun Tiktok, Youtube dan lain-lain. Apalagi yang sudah bikin buku, bisa langsung dihajar itu sama tim hukum kami,” katanya seperti dikutip dari kanal Youtube Daqu Channel.

Namun, kata dia, jika ternyata setelah yasinan ada petunjuk dari Tuhan untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum dirinya pun akan melaksanakannya.

Kini yasinan yang digelar Yusuf Mansur melibatkan santri di berbagai pondok Pesantren Daarul Quran telah melewati hari ke-30. Belum diketahui akan seperti apa langkah yang bakal ditempuh dai kondang itu setelah istikharah 40 hari usai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya