SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Telur Paskah… Ya, mungkin hal ini hal tidak asing bagi kita umat Kristiani.
Sudah tentu pula, bagi umat Kristiani  yang merayakan Paskah sepanjang bulan April tanpa terpaku dengan ketentuan tanggal merah dalam kalender yang ada.

Setiap Paskah umat Kristiani memperingati suatu peristiwa besar yang sangat bersejarah, yang tak akan pernah lekang oleh waktu apalagi lekang dari hati umat Kristiani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dan ketika bulan Paskah itu mulai datang, seolah-olah euphoria Paskah tidak afdol tanpa tradisi telur Paskah. Sudah menjadi kebiasaan hampir semua gereja di dunia merayakan Paskah dengan tradisi telur Paskah.

Dalam konteks Indonesia, guru-guru Sekolah Minggu menggunkan tradisi telur Paskah untuk menarik antusiasme anak-anak dalam menyambut Paskah, misalnya dengan kegiatan lomba menghias telur atau mencari telur yang disembunyikan di halaman Gereja. Tentu saja bulan Paskah ini menjadi rezeki tersendiri bagi para peternak ayam petelur, bukan?

Pembaca terkasih, tapi tahukah anda anal mula tradisi telur Paskah ini? Menurut beberapa sumber, tradisi Telur Paskah berasal dari tradisi kesuburan kaum Indo-Eropa dimana telur merupakan simbol musim semi.

Di masa silam, di Persia, orang biasa saling menghadiahkan telur pada masa perayaan musim semi, yang bagi mereka juga menandakan dimulainya tahun yang baru. Dewa musim semi yang bernama “Eostre” adalah dewa yang disembah pada-¬perayaan “vernal equinox”. Nama dewa ini juga yang akhirnya dipakai untuk menyebut hari Paskah “Easter” (bahasa Inggris).

Pada abad-abad pertama kekristenan, tradisi ini sulit dihapuskan karena hari Paskah kebetulan jatuh pada setiap awal musim semi. Membagi-bagi telur pada hari Paskah akhirnya diterima gereja selain untuk merayakan datangnya musim semi juga karena telur memberikan gambaran/simbol akan adanya kehidupan.

Selain itu telur memiliki makna religius yaitu simbol makam batu dimana Yesus keluar menyongsong hidup baru melalui kebangkitan-Nya. Alasan sangat praktis menjadikan telur sebagai tanda istimewa Paskah, yaitu karena dahulu telur merupakan salah satu makanan pantang selama Pra Paskah. Umat Kristen sejak awalnya telah mewarnai telur-telur Paskah dengan warna-warna cerah, meminta berkat atasnya, menyantapnya, serta memberikannya kepada teman dan sahabat sebagai hadiah Paskah.

Terdapat dalam catatan bahwa Raja Edward I dari Inggris (1307) memerintahkan agar 450 telur direbus menjelang Paskah, diberi warna kemudian dibungkus dengan daun keemasan kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh anggota kerajaan pada hari raya Paskah. Telur Paskah biasanya dibagikan kepada anak-anak sebagai hadiah Paskah bersama hadiah-hadiah lainnya. Kebiasaan ini berakar kuat dari Negara Jerman.

Selain tradisi telur Paskah, ada beberapa simbol-simbol Paskah lain, seperti: anak domba Paskah, kelinci Paskah, dsb. Tak dipungkiri, Kekristenan merupakan suatu  keyakinan yang terus berkembang dan selalu disertai dengan kekayaan tradisinya. Lagipula, suatu agama tidak mungkin lepas dari pengaruh tradisi yang dahulu turut andil dalam perluasan pengaruh agama tersebut.

Bahkan sangat sulit suatu agama bertumbuh tanpa unsur sinkretisme. Karena suatu agama harus beradaptasi dengan tradisi-budaya setempat agar bisa diterima dikalangan tersebut. Teolog Perjanjian Baru, George Eldon Ladd mengatakan bahwa:”Kekristenan adalah penyuguhan peristiwa luar biasa dan karya  agung Allah, yakni kebangkitan Kristus dari kematian.

Penekanan teologi baru atau mungkin tradisi gereja, apabila ada, hanya merupakan penjabaran makna karya penebusan Allah ini yang berpusat pada peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian. Jadi sangat jelas jika segala bentuk tradisi tidak lebih dari pelengkap atau pengiring suatu keyakinan. Yang paling utama tetaplah inti pengajaran keselamatanNya”.

Pertanyaannya sekarang ialah, apakah anda akan tetap menjalankan Paskah dengan segala tradisinya atau tidak? Segala tradisi dalam Paskah adalah wujud keistimewaan dan kekayaan iman Kristen. Kita memiliki otoritas penuh untuk menjalankannya, asal kita tidak mengkompromikan kebenaran Firman Allah dengan tradisi-tradisi yang berpotensi mengaburkan pesan Injil.

Dan alangkah baiknya jika kita memaknai bulan Paskah ini lebih dari kegemaran kita dalam menjalankan tradisinya. Makna Paskah ialah kemenangan kita karena Kristus telah mati dan bangkit sehingga tidak sia-sialah iman kepercayaan kita (I Kor A5:14).

Kedalalaman iman kita tidak bisa diukur dengan ketaatan dalam melakukanberbagai ritual-tradisi agamawi. Allah yang bersifat Omnipotent (mampu mampu)) dan Omnipresent (maha hadir), kuasa-Nya tidak bisa dibatasi dengan suatu ritual atau tradisi apapun. Selamat Paskah… Tuhan Memberkati!

 Atik Margi Asih
Gereja Injili di Indonesia, Janti, Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya