SOLOPOS.COM - Syabilla Rivenia (kiri) mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan dan Asep Sahrul (kanan) mahasiswa Fakultas Peternakan UGM saat mengikuti Tropentag 2013 di Jerman. (FOTO IST)

Harianjogja.com, JOGJA—Dua Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti ajang internasional, The Annual Conference on Tropical and Subtropical Agricultural Resource Management (Tropentag) di Universitas Hohenheim, Stuttgart, Jerman.

Kedua mahasiswa tersebut, yakni Asep Sahrul dari Fakultas Peternakan dan Syabilla Rivenia (Fakultas Kedokteran Hewan) UGM lolos seleksi Tropentag 2013. Konferensi tersebut diikuti ratusan peserta dari 78 negara dengan 495 judul hasil riset.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baik Asep maupun Syabilla, mempresentasikan hasil riset berjudul Engineering Fortification Farm: Inovasi Pemberdayaan Peternak lokal Berbasis Animal Science and Biotechnopreuneur.

“Awalnya, ada 826 judul penelitian yang mendaftar untuk ikut seleksi Tropentag. Penelitian yang kami ajukan ternyata lolos untuk dipresentasikan bersama dengan 494 judul riset lainnya,” ungkap Asep di UGM, Selasa (1/10/2013).

Tropentag merupakan konferensi tahunan mengangkat manajemen sumberdaya pertanian alam tropis dan subtropis. Konferensi tersebut diselenggarakan oleh gabungan perguruan tinggi di Eropa, meliputi, Universitas Bonn, Göttingen, Hohenheim, Kassel-Witzenhausen, Hamburg, ETHZurich (Swiss), Republik University of Life Sciences dan Praha (Republik Ceko).

Selain itu, Dewan Riset Tropis dan Subtropis (Atsaf eV) dan GIZ Advisory Service juga ikut menyelenggarakan konferensi Penelitian Pertanian untuk Pembangunan (Beaf) itu.

Menurut Asep, hasil riset yang mereka presentasikan merupakan program pengabdian kepada masyarakat yang diajukan dalam kompetisi program kreativitas mahasiswa tingkat nasional pada 2012 lalu.

“Riset dan pengabdian kami lakukan selama delapan bulan di Hargorejo, Kokap, Kulonprogo. Kami lakukan ini demi menciptakan kemandirian peternakan berbasis ilmu peternakan dan bioteknopreneur,” ujarnya.

Ditambahkan Syabilla, langkah yang mereka lakukan adalah dengan memberi pelatihan pembuatan pakan fermentasi kepada para peternak sebagai solusi pakan di musim kemarau.

Untuk membentuk jiwa kewirausahaan, lanjutnya, peternak didorong untuk mengolah limbah menjadi pupuk organik untuk menambah nilai ekonomi mereka.

“Program ini cukup efektif meningkatkan pengetahuan peternak di bidang peternakan. Peternak juga dapat membuat pakan fermentasi secara mandiri.

Peternak juga bisa mengolah limbah ternak jadi pupuk organik agar mereka mampu meningkatkan nilai ekonomi dan mengurangi pencemaran lingkungan,” tutup Syabilla.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya