SOLOPOS.COM - Ilustrasi telinga berdenging. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Beberapa orang melaporkan telinga berdenging meningkat selama pandemi, menimbulkan pertanyaan seputar hubungan antara tinitus dan gejala Covid-19. Tinitus adalah sensasi pendengaran berdenging, berdengung, atau bersiul di satu atau kedua telinga.

Benarkah telinga berdenging merupakan salah satu gejala Covid-19? Simak ulasannya di info sehat kali ini.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Berdasarkan penelitian University of Manchester sebanyak 14,8 persen orang terinfeksi Covid-19 mengalami gejala telinga berdenging atau tinitus dan 7,2 persen menderita vertigo.  Kemudian para peneliti memperkirakan 7,6 persen orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 mengalami tuli mendadak.

Baca Juga: Orang Tanpa Gejala Covid-19 Tidak Menularkan Virus Corona, Benarkah?

Mengutip laman Bisnis.com pada Kamis (3/3/2022), sebagian besar penelitian menunjukkan tinitus atau telinga berdenging sebagai gejala awal pada orang dengan Covid-19.  Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kondisi kesehatan yang mendasarinya. Kata tinitus mendefinisikan suara yang tidak sesuai dengan sumber suara eksternal yang sebenarnya. Fenomena ini sangat umum pada orang tua. Suara yang terdengar sering digambarkan sebagai dering, dengung, raungan, klik, dan senandung.

Suara-suara ini dapat bervariasi dalam nada dan frekuensi dan dapat mempengaruhi satu atau kedua telinga. Tinitus biasanya disebabkan oleh kondisi kesehatan yang ada, seperti gangguan pendengaran terkait usia, cedera telinga, atau masalah kardiovaskular. Penyebabnya antara lain stres, kecemasan, dan depresi.

Baca Juga: Hari Pendengaran Sedunia, WHO Tetapkan Batas Aman Volume Musik Konser

Denging di telinga biasanya berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa pekan. Sejumlah penelitian lain tentang tinitus yang dilakukan dalam dua tahun terakhir menemukan bahwa kondisi tersebut agak terkait dengan masalah tidur, kesehatan mental yang buruk, dan pikiran untuk bunuh diri sebagai akibat dari pandemi. Sebuah proyek penelitian bersama oleh University of Cambridge, Royal Surrey NHS Foundation Trust, dan Florida Atlantic University memutuskan untuk mempelajari efek potensial Covid-19 pada pengalaman tinnitus.

Para peneliti tidak menemukan hubungan yang jelas antara kondisi tersebut dan SARS-CoV-2, infeksi virus yang menyebabkan Covid-19. Itulah sebabnya mereka melanjutkan untuk mengeksplorasi kemungkinan efek lockwon pada pasien. Studi ini mengukur tingkat keparahan denging berdasarkan kenyaringan, gangguan, dan efeknya pada kehidupan.

Baca Juga: Konsumsi Vitamin Tidak Kurangi Risiko Meninggal Karena Covid-19

Analisis data tidak mendukung gagasan bahwa pandemi menyebabkan memburuknya kenyaringan tinitus, gangguan, atau dampak pada kehidupan. “Skor skala analog visual untuk kenyaringan tinnitus, gangguan, dan dampak pada kehidupan tidak berbeda secara signifikan antara pasien baru yang terlihat sebelum dan selama penguncian,” kata Dokter Hashir Aazh. Dia menyarankan bahwa tinnitus pasti dapat berdampak pada kecemasan dan kesejahteraan, tetapi tidak ada efek sebaliknya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya