Sabtu sore yang mendung, Jon Koplo mau pulang kampung ke Boyolali. Sebelumnya, mahasiswa universitas swasta yang ngekos dekat kampusnya di Kartasura ini sudah diperingatkan oleh ibu kos, Lady Cempluk. “Plo, mendungnya menakutkan gitu kok nekat pulang. Nanti kehujanan lho!”
“Siapa takut? Paling cuma hujan air. Lagi pula saya sudah bawa mantol kok, Bu. Tenang saja,” jawab Koplo enteng. Setelah berpamitan, Koplo langsung nggeber motornya.
Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat
Benar saja, baru beberapa menit perjalanan, hujan mulai turun. Koplo berhenti, lalu memakai jas hujan dan berangkat lagi.
Sampai di Gondangrejo, hujan berhenti. Koplo pun berhenti untuk melepas mantelnya dan menaruh di bagasi, lalu melanjutkan perjalanan.
Sesampai di daerah Kaliyoso, eee, hujan turun lagi. “We lhadalah, kok hujan lagi? Harus pakai mentol lagi nih,” batin Koplo sambil menepi untuk memakai jas hujan, lalu berjalan lagi.
Sampai di Gemolong hujan berhenti lagi. “Alhamdulillah, semoga sampai rumah enggak hujan,” harap Koplo.
Tapi takdir berkata lain. Sampai di daerah Senggrong, hujan malah turun deras sekali hingga membasahi separo jaketnya. Koplo berhenti mendadak, lalu kembali mengambil mentelnya sambil ngomel-ngomel dalam hati, “Capek aku kalau begini terus, pakai, copot, pakai copot… Pokoknya mulai dari sini, biar hujan biar terang, mantol enggak akan aku copot!” tekadnya. Dengan hati dongkol, Koplo melanjutkan perjalanannya.
Ketika hampir sampai rumah, ndilalah hujan berhenti, bahkan matahari mulai menyembulkan sinarnya. Dan lucunya, sampai di kampungnya, ternyata tidak ada hujan setitik pun. Bahkan, di situ tanahnya kering kerontang, namun Koplo tetap memakai jas hujan dalam keadaan basah kuyup kayak tikus kesiram air!
(Robiyah Sarmiyati, Ngrebinan RT 02/RW II Munggur, Andong, Boyolali)