SOLOPOS.COM - Ahli Patologi Forensik dari Australia, Beng Ong (kedua kanan) menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Senin (5/9/2016). Sidang tersebut menghadirkan dan mendengarkan keterangan saksi yakni Ahli Patologi Forensik dari Australia, Beng Ong. (JIBI/Solopos/Antara/Rivan Awal Lingga).

M. Nuh menjawab terhadap tudingan ahli kubu Jessica soal rekayasa rekaman CCTV, termasuk distorsi di jari “Mak Lampir” Jessica.

Solopos.com, JAKARTA — AKBP M. Nuh Al Azhar, ahli digital forensik dari Laboratorium Forensik (Labfor) Polri, menjawab berbagai tudingan ahli yang dihadirkan kubu Jessica Kumala Wongso, Rismon Sianipar. Meski tak mendapat banyak kesempatan berbicara, dia menegaskan bahwa hasil pengujian terhadap rekaman CCTV Olivier Cafe sesuai dengan standar internasional.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Sebelumnya, dalam sidang Kamis (15/9/2016), Rismon menuding adanya modifikasi atau tempering dalam hasil analisis rekaman CCTV yang ditunjukkan oleh M. Nuh beberapa waktu lalu. Rismon menunjukkan adanya distorsi yang membuat tangan Jessica seperti Mak Lampir, hingga tuduhan rekayasa pixel yang menunjukkan tangan Jessica saat memasukkan sesuatu.

“Kalau dari rekaman TV, siapapun akan tahu, termasuk kameraman di sini juga tahu, ada distorsi. Itu harusnya dipahami oleh ahli digital media forensik,” katanya. Distorsi itu ditunjukkan Ramson dari video tayangan sejumlah stasiun TV tentang tayangan sidang kesaksian M Nuh beberapa waktu lalu.

Nuh juga memberikan sindiran telak terhadap Ramson yang sempat menyebut metode analisis digital forensik dalam kasus ini sebagai “primitif”. Rismon juga mengaku punya software yang lebih canggih untuk menganalisis rekaman serupa.

“Penyidik membawa file DVR ke kita, itu tugas forensic science. Kemudian dalam SOP, bukan berarti orang yang punya software terus jadi ahli. Bukan berarti orang punya Kawasaki Ninja kemudian disebut dia pandai nyetir,” sindir M. Nuh. Baca juga: M. Nuh Tantang Uji Rekaman Asli, Kubu Jessica Berkali-Kali Mengelak.

Nuh pun menantang kepada kubu Jessica untuk melakukan pengujian dengan sumber rekaman yang sama dan metode yang sama. Menurut Nuh, pengujian apple to apple ini penting untuk menunjukkan siapa yang melakukan rekayasa, apakah dirinya atau orang lain.

“Ketika dibawa pada posisi dengan posisi berbeda, ini seperti orang buta pegang gajah, yang dipegang cuma belalai, lalu dia bilang gajah seperti ular. Seperti pegang botol Aqua di bagian bawah, dia akan bilang botolnya bundar,” kata Nuh.

Nuh juga memberikan jawaban soal gambar “jari Mak Lampir” di tangan Jessica seperti video yang ditunjukkan Rismon. “Kami setuju diuji resource-nya, kalau ahli PH [penasihat hukum Jessica] bilang ada jari Nenek Mak Lampir, nanti silakan diuji, tidak ada. Itu ketahuan nanti siapa yang salah.”

Pakar forensik digital tersebut juga menjawab soal software yang dia pakai. Sempat disinggung Rismon yang mengklaim punya software yang lebih baik, Nuh menyebut banyak softwarenya dipakai oleh FBI dan Interpol.

“Ini [software] diatur, ada standarisasi, ada uji software. Kalau semua orang ambil, banyak software sampah. Software kami dipakai di berbagai negara, dipakai FBI dan Interpol.”

Rismon masih sempat membela diri. Menurutnya, distorsi lensa kamera awak TV tidak mungkin bisa membuat jari Jessica seperti “Mak Lampir”. “Perihal distorsi, itu tidak mengindikasikan adanya konsistensi pergerakan. Kita punya empat pembanding, dan menunjukkan indikasi tempering. Analisis apapun yang dilakukannya [Nuh], hanya dia dan Tuhan yang tahu, tapi sumber kami dari beberapa sumber,” kata Rismon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya