SOLOPOS.COM - Oculus Rift (oculus.com)

Teknologi terbaru Virtual Reality semakin diminati.

Solopos.com, SOLO – Teknologi virtual reality alias realitas maya menjadi topik hangat pembicaraan, akhir-akhir ini. Virtual reality (VR) adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment). Lingkungan virtual tersebut adalah tiruan dari lingkungan sebenarnya atau lingkungan yang hanya ada dalam imaginasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu pengembang yang dikenal lebih dulu menjajakan perangkat VR adalah Oculus. Perusahaan tersebut melepas pengiriman perangkat VR yang diberi nama Rift, akhir Maret ini. Masa pre order telah dilakukan sejak Januari, di mana promosinya dilakukan secara gencar termasuk menggandeng Founder Facebook, Mark Zuckerberg (Facebook juga mengakuisisi Oculus). Tak hanya itu, untuk mengapresiasi pembeli pertamanya, pendiri Oculus Rift, Palmer Luckey, secara langsung mengantarkan perangkat tersebut ke pembeli.

Ekspedisi Mudik 2024

Pembeli pertamanya yakni Ross Martin asal Alaska yang melakukan pre-order Oculus Rift. Ia mendapatkan kesempatan emas bertemu dengan Luckey. Laman Tech Crunch, Senin (28/3/2016) melaporkan Luckey sengaja pergi ke Alaska untuk mengantarkan Oculus Rift pesanan milik Martin beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, Oculus Rift milik Martin juga sudah ditanda tangani oleh seluruh pendiri Oculus.

Sejarah virtual reality memang tidak pasti. Konsep tentang realitas maya telah dipopulerkan media massa melalui film seperti Brainstorm dan Lawnmower Man. Riset mulai berkembang pada tahun 1990an dan sebagian termotivasi oleh buku nonfiksi karangan Howard Rheingold. Buku ini menjelaskan perihal realitas maya dan membuatnya lebih dapat dimengerti penggemar dan peneliti.

Jika Oculus Rift lebih banyak digunakan untuk bermain games, para peneliti berpikir untuk memanfaatkannya lebih jauh lagi. Salah satunya adalah dikembangkan di bidang kesehatan, guna mengatasi fobia (rasa ketakutan berlebihan terhadap sesuatu hal). Seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (20/3/2016), salah seorang profesor dari University College London, Chris Brew telah mencoba mengatasi depresi dengan bantuan VR. Dia dan timnya memilih 15 orang yang mengidap depresi dan meminta mereka untuk menggunakan headset VR.

Pertama-tama, para pasien ditunjukkan sebuah avatar orang dewasa, yang bisa meniru gerakan pasien. Proses ini disebut perwujudan yang membedakan antara model terapi dengan VR dan terapi biasa.

“Saat seseorang diwujudkan dalam sebuah avatar di dunia virtual, mereka akan menyesuaikan persepsi dan respons emosi mereka dengan avatar tersebut,” kata Brewin.

Penggunaan VR di bidang klinis di Inggris memang masih dalam tahap awal. Namun, di Amerika Serikat, model terapi ini telah digunakan selama bertahun-tahun. Terapi itu terutama ditujukan untuk menyembuhkan gangguan stres pascatrauma (PTSD) pada para tentara yang kembali dari medan perang. Selain itu, terapi VR juga diharapkan dapat membantu para perokok untuk berhenti merokok.

Teknologi tersebut nantinya tidak hanya menampilkan wujud 3D dari penglihatan, namun juga sensasi yang melibatkan gerakan tangan maupun badan. Zuckerberg bahkan menyebut VR akan menjadi perangkat di mana semua orang dapat membuat apa yang mereka inginkan dan alami. Ramalan tersebut semakin dikuatkan dengan beberapa vendor perusahaan teknologi yang memperkenalkan perangkat VR, menyusul gebrakan Oculus. Di antaranya Samsung, Sony, Google, dan HTC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya