SOLOPOS.COM - Peserta wisuda dari STTN sedang berfoto bersama keluarga seusai pelantikan, Rabu (27/9/2017). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Teknologi nuklir Indonesia terus dikembangkan

Harianjogja.com, SLEMAN — Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Jogja mewisuda 96 Sarjana Sains Terapan di Auditorium kampus Babarsari, Depok, Sleman, Rabu (27/9/2017). Pemberian izin pemanfaatan nuklir di 2017 yang mencapai 12.000 item memicu keterserapan lulusan kampus ini yang mencapai 80% dapat diterima kerja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Deputi Perizinan dan Inspeksi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Khoirul Huda menyatakan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) sarjana sains terapan bidang nuklir saat ini tergolong sangat tinggi. Berbagai jenis instansi maupun lembaga pemerintah maupun swasta banyak memakai nuklir terutama bidang industri. Izin pemanfaatannya pun terus meningkat. Jika 2015, pihaknya mengeluarkan 7.000 izin, di 2016 mencapai 10.000 izin, pada 2017 ini ada 12.000 lebih izin pemanfaatan nuklir yang dikeluarkan.

Di tengah meningkatnya kebutuhan teknologi nuklir maka  tenaga ahli di bidang ini pun terus meningkat. Sehingga STTN menjadi satu-satunya sekolah tinggi di bidang nuklir di Indonesia memiliki keterserapan lulusan di dunia kerja tergolong tinggi. Sejumlah SDM nuklir paling mendominasi kebutuhannya, seperti radiografi, pertambangan, perminyakan, medis hingga petugas ukur ketebalan kertas.

“Radiografi itu seperti melihat apakah di dalam suatu bahan terdapat retakan di dalamnya, tembok ada rongga atau tidak, dengan radiografi akan ketahuan. Kemudian perminyakan, pertambangan dengan zat radioaktif dipakai untuk menganalisis kandungan apa yg ada di dalam bumi. Lalu petugas mengukur ketebalan bahan industri kertas, dengan diberikan radiasi dideteksi intensitas radiasinya. Pada pabrik minuman, saat pengepakan di botol tertentu harus ukurannya semua harus rata itu dengan teknik radiasi. Kebutuhan SDM itu sangat mendominasi,” terangnya seusai wisuda di STTN Jogja, Rabu (27/9/2017).

Ia menambahkan, pemanfaatan tenaga nuklir ada dua sisi bertentangan, manfaat dan resiko. Untuk menekan resiko, maka SDM harus berkualitas, utamanya dibuktikan dengan sertifikat atau surat izin bekerja (SIB). Seseorang bekerja di bidang nuklir mutlak bersertifikasi sehingga tidak ada keraguan seseorang menerima manfaat dari nuklir itu karena dilakukan oleh tenaga ahli.

“Kami Bapeten, telah menguji dari STTN ini sebanyak 87 orang dinyatakan lulus dan 77 orang telah memenuhi syarat untuk mendapatkan SIB, mereka siap terjun di lapangan sebagai petugas proteksi radiasi,” imbuh dia.

Ketua Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio menjelaskan, STTN merupakan perguruan tinggi yang berada di bawah koordinasi lembaganya. Ia memastikan, sekitar 80% dari yang lulus telah melakukan kontrak kerja bahkan sebelum dinyatakan lulus tenaganya sudah dibutuhkan yang tidak hanya di Batan saja namun juga di lembaga swasta. Keterserapan itu menjadi prestasi tersendiri bagi STTN untuk terus berkembang.

“Ini menjadi jawaban jika kelak Indonesia punya PLTN [Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir], siapkah SDM kita? Ini sudah terjawab dengan adanya STTN Batan, bisa mengisi ceruk memerlukan tenaga terampil,” imbuh dia

Ketua STTN Edy Giri Rachman Putra mengatakan, dari 96 wisudawan terdiri atas 34 orang dari prodi Teknokimia Nuklir, 28 orang daro Elekronika Instrumentasi dan 34 orang dari Elektro Mekanika. Adapun IPK tertinggi diraih oleh Sinta Uri El-Hakim dengan angka 3,39 dari prodi Elektronika Instrumentasi. “Kami ini kan sama dengan sekolah vokasi, sarjana terapan fungsinya selain punya kemampuan akademik juga dibekali ketrampilan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya