SOLOPOS.COM - Nemo's Garden (nemosgarden.com)

Teknologi baru ini membuat Youngers bisa menanam beraneka sayuran di bawah laut. Bagaimana caranya?

Solopos.com, JAKARTA–Suhu udaranya 26 derajat Celsius dengan kelembapan 83%. Kondisinya pas untuk menanam beraneka sayuran. Uniknya, kondisi ini ditemukan di kebun sayur bawah laut berkedalaman enam meter di pesisir Pantai Noli, Italia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kebun bawah laut itu dinamai Nemo’s Garden. Ini adalah proyek eksperimental yang sudah memasuki tahun keempat, dikelola Ocean Reef Group. Mereka mengembangkan sayuran dalam rumah kaca bawah air berbentuk balon untuk menyerap sifat alami laut yang baik untuk tumbuhan.
Seperti dilansir washingtonpost.com beberapa waktu lalu, biosfer berbentuk balon memungkinkan air untuk menguap dan menghidupi tanaman. Sementara kadar karbondioksida yang tinggi berperan seperti steroid sehingga membuat tumbuhan bisa tumbuh ekstra cepat.

Ocean Reef Group yang merupakan perusahaan alat selam ini memantau lima rumah kaca berbentuk balon yang menjadi kediaman berbagai tumbuhan, seperti basil, selada, stroberi, dan kacang polong. Kelompok tersebut sudah mematenkan struktur ini dan berencana mengembangkan jenis tumbuhan lain seperti jamur yang harus hidup di area berkelembapan tinggi.

Ide pembuatan kebun sayuran di bawah air ini tercetus setelah Presiden Ocean Reef Group, Sergio Gamberini, sepulang dari traveling di Italia. Dia langsung mengontak berbagai pihak, kemudian bereksperimen membenamkan biosfer transparan ke dasar laut dan mengisinya dengan udara. “Aku melakukan sesuatu yang berbeda untuk menunjukkan keindahan lautan,” beber Gamberini. “Aku berharap kegiatan ini bisa menginspirasi mimpi baru buat para pemuda.”

Dua tahun kemudian perusahaan itu mulai menambatkan sejumlah biosfer. Mereka memantaunya secara langsung lewat sambungan Internet dan beragam sensor yang mencatat data karbondioksida dan oksigen secara terus menerus. “Proses ini benar-benar menjadi pelajaran. Kami kehilangan tanaman kami empat kali, tapi itu tak masalah karena kami memiliki tingkat pertumbuhan yang besar,” beber putra Sergio, Luca Gamberini.

Ramah Lingkungan

Sejak kali pertama dibangun kebun bawah laut ini sudah berhasil panen dalam jumlah banyak. Meski belum diperdagangkan, istri Sergio selalu menggunakannya untuk membuat masakan dalam jumlah besar. Mereka berharap konsep ini dapat menjadi cara baru bercocok tanam tanpa merusak lingkungan.

Kenyataannya, biosfer yang ditenggalamkan tersebut menarik hewan liar. Gurita liar kerap berdiam di bawah struktur biosfer sedangkan kuda laut yang terncam punah berkumpul di bawah biosfer untuk merawat bayi mereka. Kepiting-kepiting banyak ditemukan di seputar jangkar yang menambatkan balon biosfer. Sejauh ini tak satu pun hewan yang berkumpul menjadi ancaman bagi kebun sayur tersebut.

Kelompok penyelam ini baru mampu bercocok tanam empat kali setahun, dari Mei hingga September sebagaimana izin yang dikeluarkan pemerintahan setempat. Namun mereka optimistis seluruh percobaan ini menghasilkan hal besar. Mereka bahkan berencana membuat biosfer versi kecil yang dapat dimanfaatkan siapa saja untuk mencoba bercocok tanam sendiri. “Di masa depan, teknologi ini akan menjadi sesuatu yang dapat bertahan secara ekonomi. Aku melihat kemungkinan aplikasinya bagi negara berkembang yang memiliki kondisi lahan buruk untuk tanaman,” imbuh Luca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya