Solopos.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama bersepakat dengan maskapai penerbangan Saudia Airlines dalam penerbangan jemaah haji Indonesia 1444 H/2023 M.
Saudia Airlines nantinya akan memfasilitasi penerbangan 101.809 jemaah.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Penandatanganan perjanjian kerja sama pengangkutan jemaah haji reguler dilakukan oleh Dirjen PHU Hilman Latief dan General Manager Hajj and Umrah Revenue Management and Sales, Amer Al Ghamdi, di Kantor Urusan Haji KJRI Jeddah, Senin (17/4/2023) lalu.
Kedua pihak menyepakati sejumlah kewajiban dan hak dalam rangka penyediaan transportasi udara bagi jemaah haji reguler.
Saudia Airlines nantinya akan memfasilitasi penerbangan 101.809 jemaah dari lima embarkasi haji, yaitu Batam, Palembang, Jakarta, Kertajati, dan Surabaya.
“Sebagai mitra yang sudah bertahun-tahun dalam pengangkutan jemaah haji Indonesia, diharapkan Saudia dapat meningkatkan kualitas pelayanannya kepada jemaah haji tahun ini,” jelas Hilman Latief seperti dikutip Solopos.com dari laman resmi kemenag.go.id.
Hilman menambahkan, tahun ini lebih dari 60.000 jemaah haji berusia 65 tahun ke atas.
Sehingga dibutuhkan support dan pelayanan Saudia Airlines yang lebih ramah kepada jemaah haji.
“Oleh karenanya pada tahun ini, penyelenggaraan ibadah haji memiliki tagline Haji Ramah Lanjut Usia,” lanjut Hilman.
Mewakili Saudia Airlines, Amer Al Ghamdi mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama yang telah menjalin kerja sama dengan Saudia Airlines dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.
“Terima kasih juga disampaikan kepada Kantor Urusan Haji Jeddah yang telah menyiapkan sarana guna penandatanganan ini. Semoga tahun ini dapat melayani jemaah haji lebih baik lagi,” imbuhnya.
Hadir dalam penandatanganan kerja sama ini, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Azis Ahmad, yang mengapresiasi Saudia Airlines atas kepercayaan menjadi penyedia transportasi udara bagi jemaah haji Indonesia.
Menurutnya, tantangan bisnis ke depan kedua negara semakin berat.
“Tantangan bisnis ke depan akan lebih berat karena persaingan bisnis sudah jadi kenyataan,” jelas Abdul Azis.