SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi atau deflasi. (academyft.com)

Inflasi Solo, TPID akan mengawasi pergerakan harga komoditas pangan selama Ramadan dan Lebaran.

Solopos.com, SOLO — Ramadan dan Lebaran biasanya menyebabkan inflasi naik karena konsumsi masyarakat meningkat. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Se-Soloraya berencana mengadakan pasar murah untuk menekan kenaikan harga komoditas pangan yang bisa memicu tingginya inflasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Wakil Ketua TPID Solo, Bandoe Widiarto, menyampaikan setiap peringatan hari besar keagamaan, inflasi selalu meningkat. Pada 2015, inflasi saat Ramadan 0,53% naik menjadi 0,96% saat Lebaran. Begitu juga pada 2016, naik menjadi 0,62% saat Lebaran dari 0,22% saat Ramadan.

Oleh karena itu, berbagai upaya akan dilakukan TPID Soloraya untuk menekan inflasi selama Ramadan dan Lebaran. Berdasarkan hasil High Level Meeting (HLM) TPID Soloraya yang dilakukan untuk menghadapi Idul Fitri, disepakati akan ada roadmap untuk jangka pendek, menengah, dan panjang yang masing-masing disesuaikan kondisi daerah dengan program lima K, yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, komunikasi, serta koordinasi, dan kerja sama.

“Pembahasan kali ini lebih menekankan untuk jangka pendek, yakni Ramadan dan Lebaran untuk mempertahankan inflasi tidak tinggi. Masing-masing daerah memiliki rencana mengadakan pasar murah, sidak pasar, serta sosialisasi belanja bijak dengan menggandeng ulama,” ungkap Bandoe saat ditemui wartawan seusai acara di Gedung Bank Indonesia (BI) Solo, Rabu (26/4/2017).

Dia menjelaskan ketersediaan pasokan dilakukan melalui sidak pasar menggandeng aparat penegak hukum supaya tidak ada yang mencoba memanfaatkan momen untuk menaikkan harga. Focus group discussion (FGD) bersama distributor dan pedagang besar juga akan dilakukan untuk memantau pergerakan harga.

Dalam upaya keterjangkauan harga, TPID akan melakukan pasar murah terutama untuk komoditas penyumbang inflasi dan pembagian sembako gratis. Bekerja sama dengan Dinas Perhubungan (Dishub), TPID juga akan mengawasi kelancaran distribusi bahan pangan.

Khusus bawang putih yang saat ini terus meningkat, ada indikasi permasalahannya pada distribusi mengingat 90% komoditas pangan ini impor. Karena itu, TPID Solo juga akan berkoordinasi dengan TPID Surabaya sebagai daerah asal barang.

Komunikasi dengan Kementerian Agama juga dilakukan untuk membantu sosialisasi bijak berbelanja selama Ramadan dan Lebaran melalui tarawih keliling (tarling) dan Subuh keliling (Suling). Hal ini mengingat kenaikan harga komoditas pangan salah satunya dipicu peningkatan konsumsi yang berlebihan.

Koordinasi dan kerja sama antardaerah ditingkatkan untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi. Apalagi Solo bukan daerah produsen sehingga berbagai kebutuhan pokok sangat bergantung dengan daerah lain.

Lebih lanjut, Kepala BI Solo ini menyampaikan jangka panjang, 100 hektare (ha) bawang putih di Karanganyar yang didanai pemerintah pusat mulai Juni nanti untuk meningkatkan produksi Tanah Air. Apalagi saat ini harga bawang putih terus meningkat.

Berdasarkan hasil sidak yang dilakukan di tiga pasar, yakni Pasar Gede, Pasar Legi, dan Pasar Jongke, Rabu pagi, dalam sepekan harga bawang putih naik 22,12% menjadi Rp57.500/kg dari sebelumnya yang hanya Rp47.000/kg. Selain itu, harga telur ayam ras naik 10,5% menjadi Rp18.500/kg dari sebelumnya Rp16.000/kg.

“Namun kami optimistis inflasi bulan ini tipis atau mungkin bisa deflasi tipis. Hal ini karena bobot inflasi bawang putih tidak terlalu banyak, yakni hanya 0,21%. Sedangkan komoditas lain, harganya cenderung turun, seperti aneka cabai, nangka muda, dan bawang merah,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya