SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Minggu lalu, Jon Koplo, Tom Gembus, Lady Cempluk dan Gendhuk Nicole bersama beberapa teman sekampungnya di Desa Kuwiran, Banyudono, Boyolali, bonceng-boncengan piknik ke Pekalongan sambil membeli batik khas Pekalongan. Berangkat pukul 08.00 WIB, mereka tiba di Semarang sekitar dua jam kemudian. Tak terasa, dua setengah jam kemudian mereka tiba di sebuah rumah batik terkenal di Pekalongan. Setelah beli ini-itu, rombongan turis domestik itu pun melanjutkan perjalanan.
Berhubung hari sudah siang dan sang perut sudah pada pating plilit, rombongan itu pun mampir di sebuah warung makan.
“Pesan apa, Dik?” tanya bapak pemilik warung.
“Setelah berembuk sejenak, sebagai koordinator rombongan menjawab, “Soto empat, nasi pecel tiga, minumnya teh panas lima, es teh dua!”
Persoalan muncul ketika minuman tersaji terlebih dahulu. Saat lady Cempluk nyruput teh panasnya… “Buehh… Pahit banget?!” teriaknya gebres-gebres.
“Masa sih?” tanya Tom Gembus sambil nyedot es tehnya. “Walah, hiya, es tehnya juga pahit!” sambatnya.
Teman-teman yang lain pun merasakan hal yang sama.
“Pak, gulanya habis ya? Kok minumnya pahit semua?” tanya Koplo semu protes.
Pemilik warung pun menjawab, “Lho, Mas-mas dan Mbak-mbak tadi bilang teh panas sama es teh. Di Pekalongan kalau mau manis harus bilangnya teh panas manis dan es teh manis. Kalau nggak begitu nggak akan dikasih gula…”
Koplo dan teman-temannya pun saling pandang… “Ealaaah…!”

Candra Cipta Wijaya, Peni, RT 20/RW 07 bKuwiran, Banyudono, Boyolali

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya