SOLOPOS.COM - Rechta

Rechta

Meski kesehariannya bergulat dengan rimba hukum, Teguh Harianto selalu menyempatkan diri untuk bermain musik. Baginya, dunia seni adalah urat nadinya. Senilah yang membuatnya tetap sadar bahwa hakim adalah profesi yang berhubungan dengan nurani.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

“Kalau ada yang bilang hakim adalah profesi yang sama seperti pekerjaan karyawan lainnya maka itu kesalahan besar. Hakim adalah profesi yang melibatkan hati nurani,” kata Teguh.

Rechta, putri sulung Teguh, mengakui bahwa hobi ayahnya di rumah ialah menabuh drum. Selain itu, bapaknya itu juga gemar membawakan musik-musik lawas. “Kebetulan, kami sekeluarga punya studio mini di rumah. Bapak selalu yang menabuh drumnya,” kata Rechta.

Kebiasaan Teguh bermusik ini rupanya kerap terbawa-bawa dalam pekerjaanya. Sejak mengawali karier sebagai hakim di berbagai pengadilan negeri di Tanah Air, dia menyempatkan menciptakan lagu. Saat mengakhiri tugas di PN Bulukumba, Sulawesi Selatan, dia menciptakan lagu Pesona Pantai Bira, pantai indah di kota kecil tersebut. ’’Lagu itu menjadi kenang-kenangan saat perpisahan dengan bupati di sana,’’ jelasnya.
Begitu pun saat bertugas di PN Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung, Teguh menciptakan lagu berjudul Resah. Lagu itu, katanya, menggambarkan perasaannya sebagai hakim yang tak bisa ke mana-mana karena faktor geografis.
Teguh juga kerap melakukan aksi spontanitas. Suatu hari, saat rombongan Mahkamah Agung (MA) ke Ancol, Jakarta, ia memainkan gitar dan teman-temannya diminta mengumpulkan uang receh dari para pengunjung. Saat itu sampai terkumpul Rp600.000. Uang tersebut lalu dibagi-bagikan kepada cleaning service.

Teguh juga memiliki daya humor yang tinggi. Untuk memecah kebekuan sidang, suatu ketika ia melontarkan lelucon segar. Saat itu, dia memanggil seorang penasihat hukum di sidang. Bukan memanggil nama aslinya, dia memanggil dengan panggilan akrab ’’Pak Haji’’ lantaran sang penasihat hukum itu bercambang dan berambut ikal bak raja dangdut Rhoma Irama.

Inilah alasannya, kenapa Teguh kerap dijuluki rekan-rekannya sebagai hakim nyentrik. “Kalau saya aneh-aneh, teman-teman hakim sudah memaklumi saya kok,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya