SOLOPOS.COM - Tiga orang tenaga kesehatan masih berjaga di posko kesehatan Technopark Sragen yang menjadi tempat isolasi terpusat meskipun jumlah pasiennya tinggal tujuh orang, Senin (4/10/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Dua unit tenda berdiri di zona kuning Technopark Sragen. Satu tenda digunakan untuk petugas keamanan (satpam) tempat isolasi terpusat (isoter) tersebut. Satu tenda lainnya digunakan para tenaga kesehatan untuk pasien positif Covid-19. Para pasien bergejala ringan itu menjalani isolasi 10 hari di fasilitas milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen itu.

Technopark digunakan sebagai isoter sejak awal penanganan Covid-19 pada pertengahan 2020 lalu. Kapasitas Technopark diperluas seiring dengan penambahan kasus baru di Sragen yang mencapai puncaknya pada akhir Agustus hingga awal September 2021 lalu. Kapasitas Technopark sekarang menjadi 400 tempat tidur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada Senin (4/10/2021), tersisa hanya tujuh warga positif Covid-19 yang menghuni Technopark. Kendati penghuni Technopark turun drastis, pelayanan tenaga kesehatan masih terus jalan. Setiap hari ada tiga sif nakes yang bertugas berjaga di Technopark. Setiap sif terdiri atas tiga orang nakes yang didominasi perempuan.

Baca Juga: Selalu Kekurangan Murid, SDN Jabung 1 Sragen Akhirnya Ditutup

Senin siang itu ada tiga nakes yang berjaga di posko. Mereka hanya duduk-duduk di bawah tenda sambil berbincang ringan karena tidak ada pasien Covid-19 yang masuk. Mereka sering jenuh ketika tidak ada aktivitas pelayanan karena menunggu waktu.

“Dulu waktu ramai-ramainya pasien, setiap saat selalu menerima pasien masuk. Waktu sif itu tahu-tahu sudah habis karena kesibukan. Dulu penghuninya bisa 300-an orang. Sekarang tinggal tujuh orang. Mereka kebetulan menurut semua saat diberi penjelasan. Setiap hari belum tentu ada pasien masuk. Tujuh orang itu pun terhitung sejak Sabtu [2/10/2021] sampai sekarang belum bertambah,” kata Andriyani, 34, salah seorang nakes, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin siang.

Bidan asal Sidoharjo, Sragen, itu bertugas di Technopark sejak Agustus 2021 lalu. Andriyani dibantu dua perawat yang bertugas sejak Juli, yakni Deniar Kevin Wijaya, 24, asal Karangmalang, Sragen dan Rejeki Novitasari, 24, asal Mojokerto, Kedawung, Sragen. Sesekali mereka mengecek kondisi pasien. Tujuh pasien yang tersisa berasal dari Kecamatan Sidoharjo, Tanon, Karangmalang, Masaran, dan Sragen Kota.

Baca Juga: Lokasi Strategis, Pertumbuhan Ekonomi Pasar Gawan Sragen Malah Melambat

“Sejak diberlakukan PPKM [pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat] level 3, kasus aktif Covid-19 di Sragen turun drastis. Penghuni Technopark pun berkurang banyak. Dari kapasitas 400 tempat tidur hanya diisi tujuh orang. Mereka terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa gejala,” kata Deniar.

Ia menjelaskan tugas-tugas menjadi tenaga kesehatan di Technopark, yakni menerima pasien baru, mengedukasi pasien sebelum pulang, melakukan pemeriksaan tanda vital (PTV). Bila ditemukan indikasi keluhan segera menyampaikan ke dokter, dan seterusnya.

“Sekarang dengan pasien Covid-19 yang sedikit maka potensi risiko tertular lebih rendah, tetapi protokol kesehatan tetap wajib diterapkan,” katanya.

Baca Juga: Datangi Resepsi Pernikahan, Pria Sragen Ini Malah Babak Belur

Perlakuan Tak Menyenangkan

Para nakes itu sudah vaksin dua kali. Mereka tinggal menunggu jadwal untuk vaksin ketiga atau booster. Mereka berpendapat tren kasus Covid-19 yang menurun itu karena gencarnya vaksinasi dan tumbuhnya kesadaran masyarakat karena khawatir bila tertular Covid-19. Selama bertugas, mereka sering kali mendapat perlakukan dari para pasien yang terkadang tidak mengenakan.

“Dulu pernah ada pasien yang bosan tinggal di Technopark dan marah-marah ke kami karena ingin pulang. Kami sebagai petugas bisa apa. Akhirnya pasien itu pulang tanpa membawa surat keterangan dari Technopark. Kalau di luar Technopark bukan tanggung jawab kami lagi. Tetapi ada juga pasien yang menyenangkan. Bila diedukasi mereka menurut sehingga bisa nyaman tinggal di Technopark,” ujarnya.

Mereka sudah terbiasa menghadapi pasien yang rewel. Deniar mengatakan pasien itu sering kali bertingkah menjengkelkan. Padahal kebutuhan makan, obat, dan fasilitas lain dicukupi pemerintah. “Ya, itulah kesan-kesan kami selama menjadi nakes di Technopark ini,” katanya.

Baca Juga: Misteri Sosok Jayengrana di Situs Plosorejo Sragen

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Hargiyanto, menyampaikan pada Minggu (3/10/2021) tidak ada kasus baru di Sragen. Dia mengatakan testing antigen yang dilakukan dengan sasaran 51 orang juga menunjukkan hasil negatif. Jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, sebut dia, cukup sedikit.

“Di ruang ICU Covid-19 dari kapasitas 25 tempat tidur hanya terisi empat orang atau 16%. Demikian pula di ruang isolasi Covid-19 dengan kapasitas 351 tempat tidur hanya digunakan 12 tempat tidur atau 3,42%. Penghuni di isoter juga sangat sedikit. Di isoter Kragilan, Gemolong, hanya dihuni lima orang dari kapasitas 86 tempat tidur,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya