SOLOPOS.COM - Dua alat beratt mulai melakukan proses evakuasi, setelah beberapa jam dihentikan. Kamis (18/6/2015). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Tebing Pantai Sadranan longsor, Rabu (17/6/2015) sore. Empat orang tewas dalam peristiwa di Gunungkidul itu.

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Tebing di Pantai Sadranan Tepus, Gunungkidul longsor. Hingga berita ini diturunkan empat jenazah ditemukan, tiga di antaranya berhasil diindetifikasi sementara satu jenazah belum bisa diidentifikasi. (Baca: Begini Kondisi Korban Selamat dan Meninggal)

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Tebing batu yang longsor di Pantai Sadranan memang sudah retak sejak lama. Retakan itu berasal dari gempa Bantul 2006.

Ekspedisi Mudik 2024

“Retakan adalah dampak gempa Bantul (2006). Sudah dikomunikasikan ke warga kalau tebing di pantai retak,” ujar Korwil 2 SAR Baron Gunungkidul, Marjono di Pantai Sadranan, Tepus, Gunungkidul, Kamis (18/6/2015) sebagaimana dikutip Detik.?

Marjono menjelaskan retakan terjadi di banyak tebing di pantai Selatan Yogyakarta. Pihaknya akan berusaha menambah rambu-rambu bahaya di tebing-tebing tersebut. Sedangkan untuk retakan di tebing Pantai Sadranan, Marjono mengakui belum terdeteksi.

“Retakan di sini belum teridentifikasi, karena pantai ini booming-nya baru saja dua tahun ini,” kata Marjono.

Hingga saat ini proses evakuasi masih berlangsung. Diduga masih ada satu keluarga yang tertimbun bongkahan batu. “Evakuasi dilanjutkan karena informasi dari masyarakat masih ada satu keluarga yang sebelum tebing jatuh, mereka duduk di situ,” imbuhnya.

Sempat Dihentikan

Sebelumnya proses evakuasi sempat dihentikan lima jam karena air pasang. Proses evakuasi menggunakan dua alat berat, satu untuk pengerukan dan satunya lagi untuk memecah batu reruntuhan tebing.

Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul Surisdiyanto mengatakan, proses pencarian kembali dilakukan meski air laut belum surut benar.

Dia menjelaskan, untuk sementara proses evakuasi difokuskan memecah bongkahan batu yang ada dibibir pantai. Hal itu dilakukan supaya prosesnya berjalan lebih mudah, karena bongkahan satunya yang berada di sisi luar bisa sebagai alat penahan gelombang air laut.

“Kalau seperti ini, air laut tidak begitu mengganggu saat proses evakuasi. Mudah-mudahan bisa cepat selesai, sehingga bisa beralih ke batu lainnya,” kata Surisdiyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya