SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)--Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memprediksi bakal terjadi perlambatan pertumbuhan industri tekstil di Jateng seiring dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) 10% yang dipastikan berlaku Juli mendatang.

Demikian disampaikan Wakil Ketua API Jateng, Djoko Santoso, kepada Espos, Rabu (9/6). Melambatnya pertumbuhan industri tekstil ini disebabkan karena khusus untuk proses spinning, wiving, pemintalan banyak membutuhkan energi listrik. Dengan TDL naik 10%, maka diprediksi biaya produksi membengkak dan harga jual produk bisa naik hingga 2%. Kenaikan harga jual produk 2% ini belum tentu bisa diterima pasar.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

“Dengan kondisi demikian, maka diprediksi pertumbuhan industri khususnya tekstil akan melambat. Terlebih, saat ini persaingan harga antara produk dalam negeri dengan produk impor dinilai sudah sangat memberatkan,” tutur Djoko.

Djoko mengatakan, dari kalangan industri sangat keberatan jika pemerintah <I>ngotot<I> menaikkan TDL. “Tapi mau bagaimana lagi, PLN yang punya monopoli listrik. Kalau mereka maunya menaikkan tarif, ya kami ikut saja. Tapi, kalau bisa angka kenaikan 10% itu bisa ditinjau lagi, mengingat kondisi perekonomian saat ini sedang berat.”

Sementara itu, API dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Soloraya berencana akan mengirimkan lagi surat keberatan kenaikan TDL ke Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengingat surat keberatan pertama yang dilayangkan akhir April lalu belum ada tanggapan. Baik, dari ESDM sendiri maupun dari beberapa pihak yang disampaikan tembusan.

haw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya