SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Penghapusan monopoli listrik dari PT PLN (Persero) tidak akan bisa menurunkan Tarif Dasar Listrik (TDL) seperti yang terjadi pada bisnis telekomunikasi. Bahkan jika pemerintah membuka peluang bagi swasta untuk penyediaan listrik, maka TDL bisa naik hingga 30%.

Demikian disampaikan oleh Direktur Utama PLN Dahlan Iskan dalam Media Briefing dengan PT PLN di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, Sabtu (12/6).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dahlan berasumsi demikian karena dibutuhkan biaya tinggi untuk memproduksi listrik. Saat ini, harga jual listrik dari PLN masih Rp 600 per kwh walaupun harga produksinya Rp 1.000 per kwh.

Sedangkan jika ada perusahaan yang lebih efisien dibandingkan PLN, biaya produksi masih pada kisaran Rp 900-950 per kwh. Dengan begitu, terdapat kenaikan sebesar 30% untuk para pelanggan.

“Kalau nanti tidak ada monopoli dan ada perusahaan masuk yang lebih efisien dari PLN, yang sekarang produksinya kira-kira Rp 1.000 dia bisa buat Rp 900-950 per kwh kalau dibuka bebas, saya kira bakal naik TDL. Ini terbukti di Filipina, di sana semuanya swasta nggak ada PLN. Jadi naik 30%,” jelasnya.

Dahlan mengakui, bisnis listrik berbeda dengan bisnis lain seperti telekomunikasi, bank, dan minyak. Sampai saat ini, teknologi di sektor listrik belum banyak berubah dari tahun ke tahun.

“Minyak bisa diangkut pakai kapal, tapi listrik beda. Itulah yang membedakan listrik dengan BBM, bank, telepon. Listrik yang paling tidak berubah, masih dibangkitkan dan disalurkan dengan trafo,” ujarnya.

Mengenai biaya produksi yang besar ini, pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa mengakui memang dengan tidak adanya monopoli dalam bisnis listrik tidak berarti dapat menurunkan TDL.

“Dalam investasi, pengusaha listrik sudah punya Rp 150-200 triliun baru dapat 2.500 MW, masih kecil sekali, sedangkan dengan investasi yang sama, pengusaha telekomunikasi sudah besar dan dalam 7 tahun sudah bisa balik modal. Untuk listrik, tidak demikian,” ujarnya pada kesempatan yang sama.

Selain itu, Fabby menyatakan permasalahan di sektor listrik adalah kapitalisasi intensif, ketidakpastian energi primer, dan ketidakpastian bahan baku.

dtc/isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya