SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Drama baru kehidupan Taylor Swift dimulai. Dia merasa sedih karena dicurangi label musik lamanya, Big Machine Records. Aset atas karyanya dulu sampai saat ini masih dipegang manajemen label. Padahal, sejak lama dia ingin memegang penuh hak atas aset tersebut.

Sayangnya, langkah Taylor Swift dipersulit pemilik label yang menjual aset itu ke pihak lain. Adapun sang pembeli adalah manajer Justin Bieber, Scooter Braun. Orang tersebut dianggap Taylor Swift ikut menjatuhkannya saat berseteru dengan Kim Kardashian dan Kanye West pada 2016 lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dikabarkan E News, Senin (1/7/2019), Scooter Braun telah mengakuisisi label milik Scott Borchetta itu sejak awal Karier Taylor Swift hingga meluncurkan album Reputation pada 2017. Bagi Taylor Swift, hal tersebut merupakan skenario terburuk dalam hidupnya.

Selama bertahu-tahun saya bertanya dan meminta kesempatan untuk memiliki hasil kerja saya. Tapi, saya hanya diberi kesempatan memperbarui kontrak dengan Big Machine Records dan mendapatkan satu album lama untuk setiap album baru yang dirilis,” terang Taylor Swift.

Taylor Swift mengaku sempat ingin mundur dari label. Dia pasrah meski harus merelakan karyanya di tangan Big Machine Records.

Saya keluar setelah menandatangani kontrak dan tahu Scott Borchetta bakal menjual label. Dengan demikian, dia juga menjual saya dan masa depanku. Saya harus membuat pilihan untuk meninggalkan masa lalu. Musik yang saya tulis di lantai kamar dan video yang saya bayar dari hasil tampil di bar dan konser lainnya,” sambung Taylor Swift.

Sebelum keluar dari Big Machine Records, Taylor Swift telah memohon kepada Scott Borchetta agar tidak melepaskan labelnya kepada Scooter Braun. Namun, pada akhirnya dia dikhianati. “Saya tidak pernah membayangkan pembeli itu adalah Scooter Braun. Saya sangat sakit hati,” sambung Taylor Swift.

Dalam pernyataan di situs Big Machine Records, Scott Borchetta mengaku sudah memberitahu Taylor Swift sebelum labelnya diakuisisi. Kala itu, Scott Borchetta mengabari sang artis lewat pesan singkat. Namun, pelantun tembang Me itu mengaku mendapatkan kabar mengejutkan itu lewat media massa.

Dikutip dari Variety, menurut ketentuan Taylor Swift dan Big Machine pada 2005, label memiliki hak atas rekamannya. Hal itu sesuai dengan persetujuan standar antara label dan artis. Padahal, selama bertahun-tahun Taylor Swift berusaha mendapat kendali atas master rekamanannya. Dia pun mengusulkan master rekaman itu menjadi miliknya. Namun, perbincangan soal hal tersebut tidak pernah sampai ke titik temu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya