SOLOPOS.COM - Suasana rumah duka di Turen, Tlobong, Delanggu, Klaten, Senin (20/1/2020). (Solopos/Ponco Suseno)Suasana rumah duka di Turen, Tlobong, Delanggu, Klaten, Senin (20/1/2020). (Solopos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Pudyo Raharjo alias Sri Hono, 76, warga Turen, Tlobong, Delanggu, Klaten, meninggal dunia akibat diserang tawon Vespa affinis, Minggu (19/1/2020) sore.

Punggung dan tangan Sri Hono diserang tawon saat mencari bambu sebagai kayu bakar di kebun milik tetangganya, Sabtu (18/1/2020) pagi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Sri Hono sehari-hari bekerja sebagai pembuat telur asin di rumahnya. Untuk memasak telur asin, Sri Hono biasanya membutuhkan kayu bakar.

Akhir pekan lalu, Sri Hono mencari bambu di kebun milik tetangganya. Jarak rumah Sri Hono dengan kebun tetangganya berkisar 100 meter.

Kebun tersebut jarang dijamah warga sekitar karena pemiliknya berada di luar daerah dalam beberapa tahun terakhir. Sri Hono menebang satu pohon bambu di kebun milik tetangganya itu.

Tanpa diketahui Sri Hono, tak jauh dari bambu yang ditebang itu terdapat sarang tawon berdiameter setengah meter. Sarang tawon itu berada di pohon bambu yang sudah tumbang di waktu sebelumnya.

Pilkada Solo: Blusukan Gibran Curi Start Kampanye? Begini Kata Bawaslu

Sarang tawon berada di pohon bambu yang sudah tumbang dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah. Setelah menebang pohon bambu, Sri Hono langsung memisahkan bambu yang sudah ditebang dari rumpun bambu yang ada.

Sewaktu menarik bambu yang baru saja ditebang itu, ternyata mengenai pohon bambu yang terdapat sarang tawon. Alhasil, sarang tawon tersebut turut bergoyang-goyang.

Dalam sekejap, sejumlah tawon Vespa affinis keluar dari sarangnya dan menyerang Sri Hono. Meski sempat melarikan diri, punggung dan tangan Sri Hono sempat terkena serangan tawon. Bagian punggung Sri Hono menderita puluhan sengatan tawon.

“Mencari kayunya sendirian [Sabtu, 18/1/2020] pagi. Siangnya merasa kesakitan. Terus saya antar ke PKU Muhammadiyah Delanggu. Sehari berikutnya, bapak muntah-muntah pukul 09.00 WIB. Pukul 14.00 WIB sempat sesak napas. Setelah itu, saya bawa ke PKU Muhammadiyah Delanggu lagi,” kata salah seorang anaknya, Tri Subiyanto, saat ditemui wartawan di rumahnya di Turen, Tlobong, Senin (20/1/2020).

Sri Hono meninggal dunia saat menjalani perawatan di PKU Muhammadiyah Delanggu, Minggu pukul 18.00 WIB. Sri Hono meninggalkan seorang istri bernama Suti, lima anak, dan 10 cucu.

Dikira Popok Mengambang Ternyata Mayat Bayi di Sungai Karanganyar

Jenazah Sri Hono dimakamkan di Sasonoloyo Turen, Tlobong, Delanggu, Senin (20/1/2020) pukul 13.00 WIB.

“Saat diserang tawon itu, sebenarnya Pak Sri Hono juga mengenakan kaus. Tapi sengatan tawon bisa menembus kausnya itu. Sarang tawon di bambu itu besarnya seperti galon air mineral," jelas Kepala Desa (Kades) Tlobong, Basuki.

Beberapa waktu sebelum diserang tawon, Sri Hono pernah mencari bambu di lokasi yang sama. Basuki menyebut ini kejadian pertama ada warga meninggal akibat diserang tawon di Tlobong.

"Ke depan, kami akan sosialisasikan lagi ke masyarakat di 10 RW untuk mewaspadai keberadaan sarang tawon. Sekitar dua bulan lalu, saya sudah berpesan juga ke ketua RW agar mewaspadai keberadaan sarang tawon itu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya