SOLOPOS.COM - Warga beraktivitas di pelataran Stasiun Purwosari, Solo. Rencana PT KAI mengosongkan sejumlah permukiman di bantaran rel kawasan stasiun ini untuk perluasan gudang semen mengundang keluhan para penghuni. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solopos.com, SOLO — Kebijakan tarif parkir progresif mulai berlaku di Stasiun Solo Balapan, Minggu (7/12/2014). Perubahan sistem parkir tersebut langsung menuai protes warga. Selain tarif naik, mereka menilai kebijakan itu tidak dibarengi peningkatan fasilitas dan layanan parkir.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, banyak warga yang menggerutu saat parkir progresif mulai diberlakukan di Stasiun Balapan. Mereka kaget saat melihat tarif berlipat di karcis parkirnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seorang warga Colomadu, Kartika Bagus, 39, mengaku ditarik biaya hingga Rp8.000 untuk parkir motor selama tujuh jam lebih 12 menit. Padahal, sebelumnya, Bagus hanya membayar Rp2.000 untuk periode yang sama. “Saya kaget juga, kok naiknya nggilani seperti ini,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (8/12/2014).

Menurutnya, tidak ada sosialisasi maupun pemberitahuan yang berarti ihwal kenaikan tersebut. Karyawan swasta ini semakin geram lantaran kenaikan tarif tidak dibarengi layanan prima. Dia menyebut sepeda motornya hanya diparkir seadanya di luar kanopi parkir. “Saat saya pulang, ternyata motor tidak kunjung dipindah ke tempat teduh. Akhirnya ya kehujanan,” keluhnya.

Dia menilai pengelola parkir juga belum siap memberlakukan sistem parkir terkomputerisasi. Bagus menyebut layanan tersistem ala mal hanya berjalan saat masuk parkir, sedangkan saat keluar, layanannya kembali manual. Dia juga mendengar sejumlah penglaju Solo-Jogja dipersulit saat mencari karcis langganan. “Mal yang tarifnya tidak setinggi ini saja bisa memberi layanan lebih baik.”

Protes serupa disampaikan Ade Feri Setyaningsih, pegiat Pramekers Solo-Jogja (Prasojo). Ia menyebut banyak pramekers yang beralih parkir ke Stasiun Purwosari lantaran ketidaksiapan sistem parkir baru di Balapan. Antrean panjang parkir, imbuhnya, kerap ditemui pascapenerapan tarif progresif.

“Entah sistemnya yang belum sempurna atau SDM-nya yang tidak siap, saya kurang tahu. Yang jelas sudah banyak yang pindah ke Purwosari. Apalagi di sana (Purwosari) belum diterapkan progresif,” tuturnya.

Pihaknya sudah melayangkan surat pada Pemkot Solo agar menjadi fasilitator keluhan para pengguna kereta api. Dalam surat itu, Prasojo menegaskan parkir stasiun adalah fasilitas publik yang mestinya tidak dikomersialkan. Pihaknya juga meminta Pemkot mengkaji apakah kebijakan parkir di stasiun sudah selaras dengan peraturan daerah.

“Sebagai pemangku wilayah, mestinya daerah dilibatkan mengkaji aturan parkir. Kalau PT Reska (pengelola parkir) berdalih keputusan pusat, pusat yang mana? Jangan main naik seenaknya tanpa aturan yang jelas,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya