SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, MADIUN — Kenaikan tarif ojek online (ojol) atau ojek berbasis aplikasi ternyata tidak sepenuhnya membuat driver ojol senang. Justru, kenaikan tarif tersebut membuat penghasilan mereka berkurang dan sulit mencapai target dari penyedia aplikasi. 

Salah satu driver yang mengeluh adalah Kristanto. Dia mengatakan kenaikan tarif ojol di Kota Madiun sudah mulai berlaku pada Jumat (9/8/2019) dini hari. Kenaikannya cukup tinggi. Ia mengaku kaget karena biasanya tarif untuk jarak pendek hanya Rp4.000, tetapi mulai Jumat tarifnya naik menjadi Rp9.000. 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Driver ojol Gojek tersebut mengatakan sejak pemberlakuan kenaikan tarif itu justru banyak pengguna yang mengeluh. Dia mengaku berkali-kali pengguna mambatalkan pesanan. Ia memprediksi itu karena tarifnya naik. 

“Saya hari ini, ada delapan calon penumpang yang membatalkan pesanan Gojek. Ya mungkin karena kaget dengan tarif baru. Biasanya tidak ada yang cancel pesanan sebanyak itu,” ujar dia saat berbincang dengan Madiunpos.com, Jumat. 

Selain banyak yang membatalkan pesanan, kata dia, pelanggan dari kalangan pelajar juga merosot tajam bahkan tidak ada pelajar yang order. Padahal biasanya, setiap hari untuk waktu pagi sama sore hari ia banyak mengambil order dari kalangan anak sekolah. 

Kristanto kembali menduga alasan naiknya tarif menjadi penyebab. Pelajar enggan memesan ojol karena akan menghabiskan uang jajan mereka. 

“Biasanya tarifnya kan Rp4.000, untuk pelajar berangkat dan pulang dari sekolah kan hanya Rp8.000. Tapi ini tarif baru Rp9.000, berangkat dan pulang sudah Rp18.000. Mungkin para pelajar juga keberatan,” jelas warga Madiun itu. 

Selain kenaikan tarif yang sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 tahun 2019 itu, masalah lain yang dialami driver ojol adalah perubahan aturan pemberian bonus. Sebelumnya, ia hanya perlu mengumpulkan 20 poin/hari untuk mendapatkan bonus harian Rp80.000. Tetapi, aturan baru ini membuat perusahaan penyedia aplikasi itu menaikkan target sebanyak 30 poin dan menurunkan nilai bonus menjadi Rp65.000. 

“Jadi sekarang target poin naik tapi bonus dikurangi. Padahal, dengan tarif baru ini. Kami kesulitan mencari order karena tarifnya lebih mahal,” katanya. 

Dia mengakui kenaikan tarif ini membuat penghasilan dari nilai order yang diterima driver semakin besar. Ia mencontohkan misal dengan tarif Rp11.000, uang yang masuk ke kantong driver mencapai Rp8.800. Tetapi, kenaikan tarif ini berpengaruh pada jumlah order yang semakin menipis. 

“Kalau disuruh milih, mending aturan yang dahulu. Kalau sekarang ya itu sulit cari order karena tarifnya bagi pelanggan terlalu tinggi,” katanya. 

Hal senada juga dikatakan driver ojol lain, Haryadi. Dia menceritakan pengalaman hari pertama narik dengan tarif baru. Ada sejumlah pelanggan yang mengeluh karena tarifnya semakin mahal. 

“Tadi ada beberapa pelanggan yang membatalkan pesanan. Ya mungkin karena tarifnya kemahalan,” kata dia. 

Haryadi mengaku kenaikan tarif di satu sisi memang menguntungkan driver. Namun, di sisi lain juga merugikan. Hal ini karena kenaikan tarif ini membuat konsumen takut untuk memesan ojek online.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya