SOLOPOS.COM - Gus Miftah. (Instagram/@gusmiftah)

Solopos.com, SOLO-Tarif dakwah Gus Miftah dikabarkan mencapai Rp3 miliar. Pria bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman ini merupakan seorang ulama, dai, dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.

Mengapa Gus Miftah bisa mematok tarif dakwah sampai Rp3 miliar? Benarkah kabar tersebut?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menjawab kabar soal pasang tarif dakwah Rp3 miliar, Gus Miftah pun tidak membenarkah atau menyalahkan. Menurutnya selama ini dia menerapkan subsidi silang dan rekening yang akan ditransferi dana tersebut bukan merupakan rekening atas nama dirinya.

“Tiga M itu kepanjangan dari maturnuwun Mas Miftah!” ujarnya setengah bercanda dalam channel Youtube Trans TV Official berjudul Luruskan Kabar Beredar, Tarif Gus Miftah 3 M Best Moment #KopiViral seperti dikutip Solopos.com pada Jumat (8/10/2021).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Kisah Warkop Jadi Korban Santet, Makanan Basi Hingga Banyak Belatung

Lebih lanjut pria yang kerap berpenampilan memakai kacamata hitam itu menjelaskan setiap kali ada orang transfer tidak pernah memakai rekening dirinya, melainkan rekening atas nama Pondok Pesantren Ora Aji.  “Saya nggak pernah mematok harga untuk berdakwah,” papar kiai yang tak segan datang ke klub malam untuk berdakwah ini.

Ia mengatakan sebelumnya bakal melihat terlebih dulu siapa orang yang mengundangnya. Jika kalangan pejabat dia pasti akan mematok harga.

“Kalau kamu diundang lembaga, diundang perusahaan, diundang orang kaya, kamu jual saya murah kamu salah. Yang mengundang orang kaya dan pejabat, mereka butuh ngumpulin orang di tengah lapangan puluhan ribu dengan kepentingan politik. Kamu jual saya murah kamu salah,” ujar Gus Miftah di studio Trans TV, Gedung Transmedia kawasan Mampang, Jalan Kapten P. Tendean, Jakarta Selatan pada Kamis, seperti dikutip dari Detik.com pada Jumat (8/10/2021).

Tapi lain cerita jika yang mengundang Gus Miftah adalah golongan menengah ke bawah.  “Tapi kalau kita diundang di desa, di pegunungan, di daerah pantai, di daerah pedalaman kamu minta bayaran kamu juga salah,” ungkapnya.

Baca Juga: Dokter Isyaratkan Tukul Arwana Diizinkan Pulang Pekan Depan

Menurut Gus Miftah, semua yang dilakukan itu ada subsidi silang. Contohnya, dia tak akan mau jika diundang oleh kalangan pejabat dengan harga seikhlasnya.

“Maka di situ berlalu subsidi silang, kita bijak saja dong saya diundang oleh calon Bupati ‘Gus monggo datang ke tempat pengajian’, ini gimana seikhlasnya kan go**** yang mengundang bupati, gimana yang mengundang calon gubernur gimana?” ungkapnya.

Baca Juga: Wow! Penjualan Sepatu Vans Putih Terkerek Naik 7.800% Berkat Squid Game

“Tapi kalau yang mengundang saya warga desa pegunungan di desa, ya seikhlasnya,” tambahnya.

Dia juga mengaku saat berdakwah di masyarakat kalangan menengah ke bawah pasti membawa uang tunai untuk dibagi-bagi. Hal itu bentuk subsidi silang dari penghasilannya. “Anda bisa cek saya selalu bawa tunai banyak di lapangan. Tujuan saya adalah untuk subsidi ke masyarakat yang ada di pedesaan. Kan begitu,” imbuhnya.

“Jadi kalau yang mengundang BUMN seikhlasnya ya saya nggak bisa dong. Mereka punya dana khusus. Tapi kalau di desa saya nggak membolehkan manajemen saya soal uang bila perlu kita subsidi,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya