SOLOPOS.COM - Kertas pengumuman bertuliskan tarif angkutan umum yang baru ditempelkan di pintu salah satu angkutan kota (angkot) di Terminal Sunggingan, Boyolali, Rabu (26/6/2013). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)


Pengumuman bertuliskan tarif angkutan umum yang baru ditempelkan di pintu salah satu angkutan kota (angkot) di Terminal Sunggingan, Boyolali, Rabu (26/6/2013). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI--Kenaikan tarif angkutan umum senilai Rp500 untuk sekali jalan, menyusul naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, tak mampu membuat para pelaku usaha transportasi beserta kalangan pengemudinya berlega hati. Sebab, ketetapan itu justru berimbas terhadap semakin sepinya jumlah penumpang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tarif angkutan kota (angkot) di Kabupaten Boyolali naik Rp500, dari tarif sebelumnya Rp2.500 menjadi Rp3.000. Khusus untuk pelajar, tarif yang diberlakukan saat ini Rp1.500 dari sebelumnya Rp1.000. Bahkan pada pintu-pintu angkot tersebut sudah ditempel pula dengan kertas pengumuman yang berisi tentang tarif baru angkutan umum tersebut.

Salah satu sopir angkot di Terminal Sunggingan, Boyolali, Sudarto, 50, mengungkapkan kenaikan tarif angkutan umum mulai diberlakukan seiring kenaikan harga BBM subsidi. Namun kondisi itu tidak otomatis meningkatkan penghasilannya dari menarik angkot. Sebaliknya, penghasilan yang diperolehnya justru menurun. Hal itu karena jumlah penumpang angkot semakin sepi.

”Padahal harga BBM sudah naik, sementara penumpang sepi. Sekarang kalau ngetem [menunggu penumpang] saja cukup lama. Tapi kalau tidak dinaikkan tarifnya, kami juga merugi,” tuturnya ketika ditemui wartawan di Terminal Sunggingan, Rabu (26/6/2013).

Menyikapi kenaikan harga BBM subsidi tersebut, para sopir angkutan umum mengaku tidak bisa berbuat banyak. ”Mau bagaimana lagi? Kalau nggak narik ya kami juga tidak ada pekerjaan lainnya,” imbuh dia.

Terpisah, ketua DPC Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Darat (Organda) Boyolali, Tulus Budiono mengakui kenaikan tarif angkutan umum menyusul kenaikan harga BBM subsidi menjadi sebuah dilema bagi kalangan pengusaha bidang transportasi. ”Kalau dinaikkan terlalu tinggi, dikhawatirkan akan berimbas terhadap turunnya pangsa pasar angkutan umum,” terang Tulus.

Salah seorang penumpang angkot di Terminal Sunggingan, Melisa, 30, mengaku mengerti jika tarif angkutan umum dinaikkan sebagai salah satu dampak dari kenaikan harga BBM subsidi. “Ya kalau saya sih maklum karena bensin kan naik, otomatis tarif angkot juga naik. Tapi saya berharap naiknya ya jangan mahal-mahal supaya bisa terjangkau oleh warga menengah seperti saya, apalagi bagi warga tidak mampu, kalau tarifnya naik terlalu mahal, tentu mereka tidak bisa naik angkot lagi,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya