SOLOPOS.COM - Pentas tari topeng di Tembi Rumah Bidaya Senin (5/3) malam. (JIBI/HARIAN JOGJA/APRILIANA SUSANTI)

Apriliana Susanti/JIBI/Harian Jogja

Pentas tari topeng di Tembi Rumah Bidaya Senin (5/3) malam. (JIBI/HARIAN JOGJA/APRILIANA SUSANTI)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seringkali, seni tradisional dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Namun, kedua tari topeng ini  membuktikan, seni tradisional bisa berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia.

Tari topeng Cirebon dan tari topeng Yogyakarta sama-sama merupakan tari tradisional yang berakar dari tari topeng Panji. Di tengah maraknya tarian kontemporer, kedua tari topeng ini masih bertahan dengan ketradisiannya. Hal ini tak lepas dari diakuinya tari tersebut sebagai identitas komunal masyarakat masing-masing. Apresiasi dan minat dari masyarakat akan tari tradisilah yang membuat keduanya tetap terawat hingga kini.

“Seni tradisi masih hidup karena masih diakui sebagai identitas komunal masyarakat itu. Karena itulah perlu dirawat keberadaannya. Tradisi tidak akan berhenti selama itu masih menjadi bagian dari masyarakatnya, masih diaperisasi dan diminati,” jelas Sumaryono, dosen tari ISI Yogyakarta dalam acara Obrolan Tari Tembi, di Tembi Rumah Budaya, Senin (5/3) malam.

Pada kesempatan tersebut, dua tari topeng dipentaskan di pendopo Tembi Rumah Budaya. Membawakan tari topeng klasik gaya Jogja, Hendy Hardiawan tampil dengan gerakan-gerakanya yang halus. Menyusul Hendy, Nani mementaskan tari topeng  Cirebon gaya Losari dengan gerakan-gerakan yang lebih tegas dan bersemangat.

Menjaga dan merawat tari tradisi sangatlah penting demi eksistensi tradisi itu sendiri. Sumaryono memaparkan dua cara merawat tari tradisi, yakni dengan menambah frekuensi kegiatan dan dengan dibentuknya kelembagaan.

Menurut Sumartono, semakin sering tari itu dipentaskan, semakin kuat pula eksistensinya dalam masyarakt itu. Adanya kelembagaan, meski hanya lingkup kecil seperti keluarga, juga turut menyumbang dalam menguatkan pengaruh tari tradisi tersebut.

“Seni tradisi akan selalu ada jika dipentaskan. Bagaimana agar terus terawat ya diupayakan dengan menambah frekuensi kegiatan dan adanya kelembagaan seperti misalnya keluarga,” urai Sumaryono.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya