SOLOPOS.COM - TABUH GAMELAN- Gabungan siswa berkebutuhan khusus se Kota Solo menabuh gamelan saat upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional di Halaman Balaikota Solo, Senin (2/5). Puluhan siswa diantaranya penyandang tuna netra tersebut menabuh gamelan dan menyanyikan sejumlah tembang Jawa dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. (Espos/Dwi Prasetya)

Di halaman Balaikota Solo, Senin (2/5), puluhan siswa yang mengenakan pakaian seragam serba hitam dipadu kain batik terlihat bersiap. Kepala dan kedua tangan mereka mengenakan asesoris khusus layaknya ayam jago. Di sebelah utara, puluhan siswa lainnya sudah bersiap menabuh alat musik tradisional gamelan. Mereka tengah bersiap menampilkan sajian untuk upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional.

TABUH GAMELAN- Gabungan siswa berkebutuhan khusus se Kota Solo menabuh gamelan saat upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional di Halaman Balaikota Solo, Senin (2/5). Puluhan siswa diantaranya penyandang tuna netra tersebut menabuh gamelan dan menyanyikan sejumlah tembang Jawa dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. (Espos/Dwi Prasetya)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketika pembawa acara mempersilakan mereka tampil, segera terdengar alunan musik dan anak-anak berkostum ayam jago tadi segera dengan lincah menari, diikuti gemuruh tepuk tangan para tamu. Mereka semua adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang merupakan gabungan para siswa dari berbagai sekolah luar biasa (SLB) di Kota Solo. Tari Jago Kate adalah judul tarian yang mereka sajikan.
Ekspedisi Mudik 2024

Pembina karawitan dan pelatih tari, Suharno, mengungkapkan mereka yang tampil merupakan penyandang tunanetra, tunarungu, tunamental, tunadaksa, tunalaras dan anak autis. Tari Jago Kate ungkapnya, menggambarkan binatang kecil yang termarjinalkan. Padahal dia juga makhluk yang memiliki hak hidup sama dengan binatang lainnya. Sama halnya dengan kaum difabel, katanya, masih ada yang dimarjinalkan. Padahal mereka memiliki hak hidup sama dengan manusia normal lainnya. “Penampilan anak-anak SLB ini diharapkan bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa siswa difabel pun berpotensi,” ujarnya.

Penabuh bonang penerus, Markus Andria Eri Praditya, 9, mengaku sangat senang bisa menunjukkan kemahirannya. Kedua matanya yang buta seolah bukan halangan baginya untuk memainkan alat karawitan. Sebelumnya, Markus aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan di sekolahnya, SLB Yayasan Kesejahteraan Anak Buta (YKAB) Solo. Pada saat awal belajar musik karawitan, Markus mengaku kesulitan. “Kalau sekarang karena sudah terbiasa, saya tidak terlalu kesulitan,” ujarnya.

Siswa lainnya dari SLB E Prayuwana, Yunita Ardiyanti, 20, juga mengaku sangat senang bisa tampil di hadapan peserta Hardiknas. Siswa kelas V SD ini merasa mendapatkan tempat untuk menunjukkan kemampuannya menari.

Seorang siswa SLB Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC), Mohammad Akbar, juga tampil membacakan naskah Pembukaan UUD 1945 saat upacara. Kedua kakinya yang lumpuh tak menghalanginya melaksanakan tugas itu. Walikota Solo, Joko Widodo, mengungkapkan peringatan Hardiknas kemarin sengaja melibatkan ABK karena Pemkot Solo ingin memberikan ruang yang sama kepada semua siswa tanpa kecuali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya