SOLOPOS.COM - Pekerja seni mempersiapkan lokasi pentas Sragenesia Art III di kompleks Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Kamis (9/7/2020). (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Pementasan seni bertajuk Sragenesia Art III secara daring pada Sabtu-Minggu (11-12/7/2020) bakal dimeriahkan oleh pertunjukan musik ansambel stone oleh delapan warga asal Dukuh Bojong, Desa Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen.

Delapan seniman yang terdiri atas tujuh pria dan satu wanita akan menampilkan seni musik yang tidak biasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti namanya, semua peralatan musik yang dipakai dalam ansambel stone terbuat dari lempengan batu dengan ukuran yang berbeda-beda.

Dikira Jatuh dari Sepeda, Ini Kronologi Bocah Sragen Tersayat Benang Layangan

Lempengan batu itu dimainkan dengan cara dipukul memakai batang kayu. Karena ukuran lebar batu berbeda-beda, suara yang dihasilkan pun beragam.

Mereka memadukan suara batu yang berbeda-beda itu menjadi irama musik yang menarik disaksikan.

“Kelompok musik ansambel stone ini didirikan pertengahan tahun lalu. Kami terinspirasi dengan Goa Tabuhan Pacitan yang bisa mengeluarkan bunyi saat dipukul,” terang salah satu pemain ansambel stone, Sugino, saat ditemui Solopos.com di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Kamis (9/7/2020).

Tugu Perguruan Silat di Sragen Diinventarisasi, Benarkah Ada 193?

Setidaknya terdapat enam lempengan batu, kerikil dan kerakal yang dipakai dalam pertunjukan ansambel stone tersebut. Dua lempengan batu berukuran 90 x 70 cm, dua berukuran 10 x 20 cm dan dua berukuran 30x15 cm.

Masing-masing lempengan batu itu memiliki ketebalan sekitar 2-3 cm. Semua lempengan batu itu dipasang dalam posisi tergantung layaknya gong. Dengan durasi sekitar 17 menit, pertunjukan seni ansambel stone itu bisa disaksikan secara daring pada Sabtu malam.

“Dalam durasi 17 menit itu, kami mengusung pertunjukan musik dengan judul Sidem Manekung. Sidem berarti sepi, sementara manekung berarti memohon atau berdoa,” ujar Sugino.

4 Siswa SMP di Sragen Ini Ciptakan Hand Sanitizer Otomatis, Kalau Pakai Nggak Perlu Disentuh

Setelah lebih dari tiga bulan menganggur, kalangan pekerja seni di Bumi Sragen akhirnya bisa unjuk gigi di ajang Sragenesia Art III yang digelar secara daring melalui 30 channel Youtube berbeda.

Sanggar Seni

Panggung pentas seni daring itu akan dimeriahkan oleh 30 komunitas atau sanggar seni yang ada di Bumi Sukowati.

Selain ansambel stone, sejumlah pertunjukan seni akan ditampilkan mulai dari tari, karawitan, reog dan lain-lain akan disuguhkan mulai pukul 20.00 WIB hingga 24.00 WIB dalam dua hari tersebut.

Inspiratif, Pria Bisu Tuli Asal Cilacap 30 Tahun Keliling Indonesia dan Dunia

Pementasan itu digelar di kompleks Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen. Terdapat sekitar 120 pekerja seni dari 30 komunitas atau sanggar yang terlibat dalam pertunjukan tahunan tersebut.

“Sragenesia Art III ini kami selenggarakan bertepatan dengan adanya wabah corona. Kami ingin menunjukkan bahwa terjadinya wabah tidak lantas membuat para seniman Sragen berhenti berkarya,” jelas Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Agus Indarto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya